Sumber foto: The Technology Express

Dulu Punya Rp 16 Triliun, Kini Bangkrut: Nasib Tragis Startup AI Builder.ai yang Tergulung Janji Manis Teknologi

Tanggal: 28 Mei 2025 11:26 wib.
Sebuah kabar mengejutkan datang dari dunia teknologi, khususnya dari sektor kecerdasan buatan (AI). Builder.ai, startup asal Inggris yang sempat meroket karena menjanjikan platform pembuatan aplikasi semudah memesan pizza, kini resmi bangkrut. Padahal, perusahaan ini sebelumnya dikenal memiliki pendanaan luar biasa besar, bahkan mencapai angka fantastis Rp 16,22 triliun.

Perusahaan yang sempat menyandang status unicorn ini awalnya berhasil menarik perhatian berbagai investor besar seperti Microsoft, SoftBank, hingga dana investasi dari Qatar. Builder.ai mendapat suntikan dana mencapai US$ 450 juta atau sekitar Rp 7,3 triliun. Dengan modal sebesar itu, perusahaan sempat berdiri gagah dan menjadi salah satu pemain AI dengan kapitalisasi terbesar di Inggris.

Namun sayangnya, nasib baik tidak bertahan lama. Dari total dana investasi tersebut, kini hanya tersisa sekitar US$ 5 juta atau Rp 81 miliar di kas perusahaan. Jumlah ini jauh dari cukup untuk menopang operasional perusahaan yang makin hari makin berat. Puncaknya terjadi ketika salah satu investor, Viola Credit, menyita dana sebesar US$ 37 juta (sekitar Rp 600 miliar) dari rekening perusahaan. Aksi ini seolah menjadi titik balik kejatuhan Builder.ai.

Dikutip dari Futurism, situasi ini mencerminkan tekanan yang luar biasa dalam ekosistem startup AI global saat ini. Biaya operasional yang tinggi, ekspektasi berlebihan, serta ketidaksabaran investor mulai memakan korban. Builder.ai menjadi contoh nyata bagaimana besarnya pendanaan tidak serta-merta menjamin keberhasilan bisnis.

Visi Builder.ai untuk membuat proses pembuatan aplikasi menjadi sangat mudah awalnya terdengar menjanjikan dan revolusioner. Namun, di balik klaim ambisius tersebut, tersimpan realitas pahit yang akhirnya terbongkar. CEO terbaru perusahaan, Manpreet Ratia, yang diangkat pada Maret lalu menggantikan pendiri perusahaan Sachin Dev Duggal, mengungkapkan bahwa keuangan Builder.ai dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bahkan, beberapa rekening perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris telah kosong total.

“Kami tidak bisa pulih dari berbagai tantangan masa lalu dan sejumlah keputusan strategis yang kurang tepat, yang pada akhirnya membuat kami terjebak dalam krisis finansial yang parah,” jelas Ratia kepada Financial Times.

Yang lebih menghebohkan lagi, Sachin Dev Duggal — pendiri sekaligus mantan CEO — kini sedang menghadapi kasus hukum di India. Ia menjadi tersangka dalam kasus pencucian uang, yang turut menyeret reputasi perusahaan ke jurang yang lebih dalam. Peralihan kepemimpinan tampaknya tidak cukup untuk menyelamatkan perusahaan dari kehancuran.

Hingga saat ini, Viola Credit selaku perusahaan yang menyita sebagian besar dana dari rekening Builder.ai belum memberikan keterangan resmi, meskipun permintaan konfirmasi telah diajukan oleh media teknologi TechCrunch.

Menurut laporan TechCrunch, lebih dari 40% investasi modal ventura di Amerika Serikat kini mengalir ke startup berbasis AI. Namun, yang mengejutkan, sebagian besar perusahaan ini belum berhasil menciptakan produk yang benar-benar mampu menarik minat pasar atau menghasilkan pendapatan berkelanjutan. Banyak di antara mereka hanya mengandalkan pendanaan investor dan tidak memiliki fondasi bisnis yang kuat.

Lebih mengkhawatirkan lagi, banyak startup AI kedapatan melebih-lebihkan atau bahkan memalsukan klaim atas kemampuan teknologi mereka. Dalam kasus Builder.ai, pada tahun 2019 perusahaan pernah tertangkap mengklaim bahwa perangkat lunak buatan tim pengembang manusia mereka sebagai hasil dari teknologi AI, sebuah tindakan yang menyesatkan dan merusak kepercayaan publik.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keberlanjutan model bisnis banyak startup AI saat ini. Apakah benar inovasi yang ditawarkan sudah matang? Atau apakah sebagian besar hanya “jualan mimpi” kepada investor dengan narasi yang menarik tanpa dukungan teknis yang memadai?

Kasus Builder.ai menjadi cerminan penting bagi ekosistem startup, terutama yang bermain di bidang teknologi mutakhir seperti AI. Sebuah pendanaan besar bukan jaminan kesuksesan tanpa tata kelola keuangan yang baik, strategi bisnis yang realistis, dan integritas dalam klaim teknologi. Dunia startup bukan sekadar tentang menjual ide cemerlang, melainkan juga bagaimana mewujudkannya menjadi solusi nyata dan berkelanjutan.

Bagi para investor, kasus ini menjadi pengingat untuk lebih cermat dan berhati-hati dalam menanamkan modal, terutama pada perusahaan yang masih berada di tahap pengembangan produk. Sementara bagi pengusaha teknologi, Builder.ai adalah pelajaran berharga bahwa transparansi, akuntabilitas, dan visi jangka panjang lebih penting daripada sekadar memburu valuasi tinggi dalam waktu singkat.

Kita semua tengah berada dalam era ledakan teknologi, di mana AI digadang-gadang akan mengubah dunia. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh kisah tragis Builder.ai, tidak semua yang bersinar adalah emas. Teknologi canggih tanpa fondasi bisnis dan etika yang kuat akan cepat runtuh, secepat janji-janji manis yang ia tawarkan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved