Duel Teknologi: Huawei Kembali Guncang Pasar, Tapi Masih Kalah Tipis dari iPhone 16?
Tanggal: 23 Jun 2025 10:54 wib.
Persaingan di pasar smartphone global semakin sengit, terutama antara produsen asal Tiongkok dan raksasa teknologi Amerika, Apple. Dalam beberapa tahun terakhir, ponsel Android asal China menunjukkan pertumbuhan luar biasa, tidak hanya dari segi jumlah penjualan, tetapi juga kualitas inovasi—khususnya dalam sektor kamera dan performa.
Beberapa merek seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan Huawei secara konsisten masuk dalam daftar lima besar ponsel terlaris di dunia. Terlepas dari kesuksesan ini, analis industri menilai bahwa ponsel China masih belum mampu menyaingi dominasi Apple, khususnya iPhone, yang dinilai memiliki akses teknologi lebih maju dan ekosistem produk yang solid.
Huawei Bangkit dari Tekanan Global
Huawei, salah satu nama besar dalam industri teknologi asal China, sempat mengalami keterpurukan serius akibat sanksi berat dari pemerintah Amerika Serikat. Namun alih-alih tumbang, Huawei justru berusaha bangkit dengan strategi yang lebih berfokus pada pasar domestik.
Upaya Huawei mulai membuahkan hasil saat mereka meluncurkan Mate 60 Pro, hanya beberapa saat sebelum iPhone 15 diperkenalkan ke publik. Kejutan ini membuat penjualan iPhone di China tidak sesuai target, karena masyarakat lebih antusias terhadap produk dalam negeri yang membawa teknologi anyar dan desain inovatif.
Dalam beberapa waktu, posisi Apple di pasar China pun tergeser. Bahkan, perusahaan Cupertino itu sempat keluar dari daftar “Top 5” smartphone terlaris di negeri tirai bambu. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Pada kuartal pertama (Q1) 2025, Apple berhasil kembali merebut puncak pasar smartphone China sekaligus memperkuat dominasinya di pasar Amerika Serikat.
Mate XT: Smartphone Lipat Tiga yang Menarik Perhatian Dunia
Tak berhenti di situ, Huawei kembali membuat gebrakan besar dengan meluncurkan Mate XT, smartphone lipat tiga yang diluncurkan berbarengan dengan iPhone 16. Dengan harga fantastis senilai Rp40 juta, Mate XT segera menarik perhatian publik, terutama di pasar domestik. Produk ini dinilai menghadirkan teknologi layar lipat paling canggih yang pernah ada.
Mate XT menandai inovasi unik dalam pasar smartphone premium. Berbeda dengan ponsel lipat konvensional, perangkat ini memiliki tiga lapisan lipatan yang memungkinkan transformasi bentuk lebih fleksibel. Huawei menekankan bahwa produk ini adalah simbol dari keberanian dan kemandirian teknologi China.
Menariknya, meskipun tidak terlalu menonjolkan spesifikasi chip yang digunakan, Huawei berhasil membuat gebrakan besar. Berdasarkan laporan dari situs resmi perusahaan, Mate XT berhasil terjual sebanyak 3,5 juta unit dalam waktu yang relatif singkat—angka yang menunjukkan animo pasar terhadap inovasi baru ini.
Ketertinggalan Chip Masih Jadi Masalah Utama
Namun di balik pencapaian gemilang ini, analis tetap menyoroti satu kelemahan mendasar: teknologi chip Huawei masih tertinggal dibandingkan para pesaing global. Menurut Yang, analis senior Emerging Technologies dari Oppenheimer & Co, Huawei saat ini masih menggunakan chip 7nm, sementara Apple sudah mengimplementasikan chip 3nm pada lini iPhone 16.
"Selama Huawei belum punya akses ke teknologi fabrikasi chip di bawah 7nm, mereka akan tetap tertinggal 2–3 tahun dari pesaingnya," ujar Yang dalam kutipan CNBC International.
Meski demikian, chip 7nm buatan China yang digunakan dalam Mate 60 Pro disebut berhasil mengejutkan para analis saat diuji dengan benchmark. Banyak pihak sebelumnya meragukan Huawei bisa kembali kompetitif pasca sanksi, tetapi hasil pengujian menunjukkan bahwa chip tersebut mampu menghadirkan performa di atas ekspektasi.
iPhone 16 Masih Terdepan dalam Efisiensi dan Performa
Apple tentu tidak tinggal diam. Dengan iPhone 16, Apple memperkenalkan chip 3nm generasi terbaru, yang menawarkan peningkatan performa hingga 15% lebih cepat dibandingkan pendahulunya. Keunggulan ini tidak hanya terletak pada kecepatan prosesor, tetapi juga efisiensi daya yang lebih baik dan kemampuan integrasi dengan ekosistem Apple lainnya.
iPhone tetap memimpin dalam hal pengalaman pengguna menyeluruh, keamanan perangkat, dan stabilitas sistem. Hal inilah yang menjadikan iPhone 16 masih menjadi primadona, terutama di kalangan profesional dan pengguna premium di seluruh dunia.
Huawei, di sisi lain, lebih memilih untuk tidak terlalu menekankan keunggulan chip dalam promosi Mate XT. Fokus mereka lebih diarahkan pada pengalaman layar fleksibel dan bentuk inovatif—sesuatu yang belum diadopsi oleh Apple secara resmi.
Inovasi vs Infrastruktur: Siapa Akan Menang?
Dari sini dapat disimpulkan bahwa perang antara Huawei dan Apple tidak lagi semata-mata soal spesifikasi, melainkan juga soal pendekatan strategi, loyalitas pengguna, dan ekosistem teknologi. Huawei telah membuktikan bahwa mereka masih bisa bersaing melalui inovasi desain dan dorongan nasionalisme pasar domestik.
Namun dalam hal penguasaan teknologi chip dan skala distribusi global, Apple masih berada di depan. Kekuatan Apple terletak pada konsistensi kualitas dan dukungan jangka panjang terhadap produknya.
Yang menjadi pertanyaan besar sekarang: Apakah inovasi desain akan cukup untuk mengejar ketertinggalan dalam teknologi chip? Dan apakah Huawei mampu menjaga momentum ini di luar pasar China?
Yang jelas, duel antara dua raksasa teknologi ini akan terus menjadi sorotan utama dalam industri smartphone global sepanjang 2025.