Dominasi Nvidia Terancam! Huawei & Perang Dagang Trump Bikin Saham Anjlok Drastis
Tanggal: 25 Mar 2025 14:25 wib.
Kehadiran Nvidia sebagai pemimpin di pasar chip kecerdasan buatan (AI) saat ini mengalami tantangan yang cukup besar. Munculnya berbagai faktor yang berkontribusi pada penurunan posisi Nvidia di industri teknologi global, salah satunya adalah meningkatnya persaingan dari produsen chip asal China. Dalam situasi ini, CEO Nvidia, Jensen Huang, secara terbuka mengungkapkan kuatnya posisi Huawei dalam persaingan teknologi terbaru, termasuk AI.
Jensen Huang tidak ragu untuk menyatakan bahwa Huawei adalah salah satu pemain utama yang sangat kompetitif. Ia mengemukakan hal ini dalam sebuah wawancara yang dilansir oleh CNBC Internasional pada tanggal 24 Maret 2025, yang menunjukkan perubahan dinamis dalam industri. Sejak tahun 2018, Huawei telah menjadi salah satu perusahaan yang paling banyak dibicarakan, terutama di Amerika Serikat, setelah dinyatakan masuk dalam daftar hitam yang membatasi aksesnya terhadap teknologi tertentu.
Di balik masa-masa sulit yang dialami Huawei dari tahun 2020 hingga 2023, perusahaan ini berhasil bangkit dan menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan inovasi teknologi tanpa bergantung pada kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan di AS. Kemudian, Huawei mulai memperluas bisnisnya di sektor-sektor penting seperti chip, layanan cloud, dan jaringan, yang semakin menguatkan posisinya di pasar global. Dengan pendekatan yang lebih mandiri ini, Huawei menyerang pasar dengan menawarkan produk dan layanan yang berkualitas.
Seiring dengan perkembangan Huawei yang pesat, Nvidia merasa perlu untuk melakukan diversifikasi dan memperkuat posisinya di industri yang kompetitif ini. Menghadapi tantangan dari produsen seperti Huawei, Nvidia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Mereka berkolaborasi dengan startup xAI yang dimiliki oleh Elon Musk. Kolaborasi ini merupakan langkah strategis yang melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk Microsoft dan perusahaan investasi besar seperti MGX dan BlackRock.
Konsorsium ini dibentuk tahun lalu dengan target investasi awal yang sangat ambisius, yakni lebih dari US$30 miliar atau sekitar Rp494 triliun, untuk berbagai proyek terkait AI. Salah satu target utama dalam kerjasama ini adalah mendanai pembangunan pusat data dan infrastruktur energi yang diperlukan untuk mendukung aplikasi AI, seperti ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI. Upaya untuk tetap bersaing dalam konteks global menuntut inovasi dan dukungan investasi yang signifikan.
Bergabungnya Nvidia dan xAI ini juga membawa perubahan nama konsorsium menjadi 'AI Infrastructure Partnership' (AIP). Dalam waktu dekat, konsorsium ini menargetkan penggalangan dana total sebesar US$100 miliar, yang setara dengan Rp1.646 triliun. Harapan dari penggalangan dana yang luar biasa ini adalah untuk merangkul lebih banyak inovasi dan merevolusi infrastruktur berbasis AI di seluruh dunia.
Di sisi lain, situasi industri teknologi AS semakin tertekan akibat perang dagang yang dimulai oleh Donald Trump. Pada awal Maret 2025, pasar saham Nasdaq mencatat penurunan yang signifikan, menjadi salah satu yang terburuk sejak tahun 2022. Lima hingga tujuh raksasa teknologi yang dianggap paling berharga di dunia mengalami penurunan nilai pasar yang cukup dramatis, dengan total kerugian lebih dari US$750 miliar atau sekitar Rp12,3 triliun.
Dalam data yang diperoleh, Apple tercatat sebagai yang paling menderita kerugian, dengan penurunan nilai perusahaan mencapai hampir US$174 miliar. Begitu juga dengan Nvidia yang tidak luput dari dampak negatif tersebut. Nvidia mengalami kehilangan hampir US$140 miliar nilai pasarnya, dengan penurunan saham mencapai 5%. Hal ini menjadi lebih problematis ketika Nvidia mencatat hampir sepertiga penurunan nilai pasarnya hanya dalam waktu dua bulan pasca mencapai nilai tertinggi pada bulan Januari 2025.
Di tengah situasi yang kurang menggembirakan, dalam beberapa acara yang diselenggarakan oleh Nvidia, Huang mencoba untuk mempertahankan keunggulan perusahaan meskipun terdapat persaingan ketat dengan produsen dari China.
Ia berargumen bahwa untuk menciptakan Agen AI yang lebih canggih, diperlukan infrastruktur yang kompleks dan dukungan sumber daya energi yang besar. Namun, pernyataannya tersebut tidak cukup untuk meyakinkan para investor. Setelah presentasinya, saham Nvidia kembali mengalami penurunan sebesar 3,4%.
Dari sini terlihat bahwa persaingan dalam industri teknologi tidak hanya sekadar tentang inovasi dan produk, tetapi juga tentang kebijakan global, investasi, serta reaksi pasar. Pertarungan untuk mendominasi teknologi masa depan semakin mengarah kepada siapa yang mampu beradaptasi dan berinovasi dengan cepat dalam menghadapi tantangan yang ada di depan. Dengan langkah-langkah yang diambil oleh Nvidia dan Huawei, maka pasar chip dan teknologi AI akan menjadi kian dinamis dan menarik untuk diamati ke depannya.