Dipecat dan Balas Dendam: Aksi Gila Mantan Karyawan yang Hapus 180 Server Perusahaan
Tanggal: 8 Jun 2025 14:37 wib.
Pemutusan hubungan kerja memang tidak pernah menjadi kabar yang menyenangkan. Namun, reaksi seseorang terhadap pemecatan bisa sangat beragam. Sebagian orang menerimanya dengan lapang dada, sebagian lain merasa kecewa dan marah. Tapi bagaimana jika rasa kecewa itu berubah menjadi tindakan yang merugikan perusahaan secara besar-besaran?
Kisah mengejutkan datang dari seorang pria asal India bernama Kandula, yang pernah bekerja di salah satu perusahaan teknologi terkemuka di Singapura, NCS. Alih-alih melanjutkan hidupnya usai pemecatan, Kandula justru melakukan aksi balas dendam dengan menghapus 180 server virtual milik perusahaan, menyebabkan kerugian hingga Rp15 miliar.
Pemicu Aksi Nekat: Rasa Tak Terima Dipecat
Dilansir dari laporan CNBC Indonesia dan sumber resmi lainnya, Kandula merupakan bagian dari tim yang bertanggung jawab terhadap sistem Quality Assurance (QA), yakni sistem komputer yang digunakan untuk menguji perangkat lunak sebelum resmi digunakan. Ia tergabung dalam tim yang terdiri dari 20 orang dan aktif bekerja antara November 2021 hingga Oktober 2022.
Namun, pada Oktober 2022, pihak NCS memutus kontrak kerja Kandula karena dinilai tidak memberikan kinerja yang memuaskan. Kandula sendiri merasa telah bekerja keras dan berkontribusi positif. Rasa tidak terima itulah yang akhirnya mendorongnya untuk meretas sistem perusahaan setelah kembali ke India tanpa pekerjaan baru.
Akses Ilegal dari Jarak Jauh
Berbekal laptop pribadinya, Kandula memanfaatkan akses login administrator yang masih ia miliki untuk masuk secara ilegal ke dalam sistem NCS. Tindakan ini ia lakukan enam kali antara 6 hingga 17 Januari 2023. Kemudian, pada Februari, ia kembali ke Singapura untuk mencari pekerjaan dan tinggal bersama mantan rekannya dari NCS. Ia menggunakan koneksi Wi-Fi di tempat tinggal itu untuk mengakses sistem sekali lagi pada 23 Februari 2023.
Dalam periode tersebut, Kandula mulai menulis skrip-skrip berbahaya dengan tujuan menghapus seluruh server QA yang ia kelola semasa masih bekerja. Skrip itu ia uji coba selama beberapa hari, hingga akhirnya pada 18 dan 19 Maret 2023, ia menjalankan perintah penghapusan secara bertahap—menghapus 180 server virtual satu per satu.
Kerugian Besar dan Aksi Balasan Perusahaan
Dampaknya sangat signifikan. Seluruh sistem QA NCS menjadi tidak dapat diakses, dan tim internal mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalahnya. Setelah investigasi mendalam, diketahui bahwa semua server telah hilang dan kerugian ditaksir mencapai USD 918.000 atau sekitar Rp15 miliar.
Pada 11 April 2023, perusahaan melapor ke pihak berwajib dan menyampaikan alamat IP mencurigakan yang teridentifikasi dari hasil penyelidikan internal. Polisi pun bergerak cepat dan menyita laptop milik Kandula. Di dalam perangkat itu, ditemukan skrip penghapus server serta riwayat pencarian di Google mengenai cara menghapus server virtual.
Kandula akhirnya dijatuhi hukuman dua tahun delapan bulan penjara atas tuduhan utama akses ilegal terhadap sistem komputer. Tuduhan tambahan turut dipertimbangkan sebagai pemberat.
Apa Itu Sistem QA dan Mengapa Penting?
Bagi yang belum familiar, sistem QA atau Quality Assurance adalah bagian vital dalam operasional perusahaan teknologi. Sistem ini digunakan untuk menguji aplikasi, perangkat lunak, dan layanan digital sebelum dirilis ke publik. Artinya, jika sistem ini rusak atau terhapus, maka proses pengujian otomatis terhenti, dan perusahaan tidak bisa menjamin kualitas produk yang mereka kembangkan.
NCS sendiri menjelaskan bahwa sistem QA mereka bersifat mandiri, tidak menyimpan data sensitif seperti informasi pelanggan atau pengguna. Meski begitu, kehilangan 180 server tetap merupakan kerugian besar, baik dari sisi finansial maupun operasional.
Pelajaran Berharga dari Insiden Ini
Kejadian ini menjadi peringatan penting bagi perusahaan maupun individu, bahwa keamanan sistem digital sangat krusial dan tidak boleh disepelekan, bahkan terhadap mantan karyawan sekalipun. Perusahaan perlu memastikan bahwa akses kredensial dicabut segera setelah karyawan keluar, terutama jika mereka sebelumnya memiliki akses administrator.
Sementara bagi individu, kasus ini menunjukkan betapa bahayanya membiarkan emosi negatif menguasai logika. Alih-alih memperbaiki keadaan, Kandula justru mengorbankan masa depannya karena keputusan yang dilandasi kemarahan sesaat.