Sumber foto: Google

Diawasi Sepanjang Jam Kerja, Software Pantau Pegawai Picu Protes Karyawan!

Tanggal: 17 Mei 2025 13:09 wib.
Tampang.com | Di era kerja digital, banyak perusahaan mulai menerapkan software pemantau aktivitas karyawan. Aplikasi ini bisa merekam layar, memantau ketukan keyboard, hingga mencatat waktu aktif di depan komputer. Meski bertujuan meningkatkan produktivitas, tak sedikit pekerja merasa hak privasinya dikorbankan.

Efisiensi atau Overkontrol?
Beberapa perusahaan menyebut pelacakan digital sebagai bentuk “pengelolaan kinerja berbasis data”. Namun di sisi lain, karyawan mengeluhkan tekanan psikologis dan hilangnya ruang pribadi selama bekerja—bahkan saat bekerja dari rumah.

“Kerja dari rumah tapi tetap merasa diawasi 24 jam, ini bukan solusi produktif, tapi bentuk ketidakpercayaan,” ujar Dita Larasati, peneliti kebijakan ketenagakerjaan digital.

Minim Regulasi, Celah Eksploitasi
Hingga kini belum ada regulasi yang mengatur batas penggunaan teknologi pengawasan karyawan di Indonesia. Akibatnya, sebagian perusahaan menggunakan software pemantau tanpa transparansi atau persetujuan dari pegawai.

Tekanan Mental dan Ancaman Resign Massal
Laporan dari beberapa komunitas pekerja menunjukkan peningkatan keluhan burnout dan stres akibat pemantauan berlebihan. Sebagian bahkan memilih mengundurkan diri karena merasa tidak dihargai sebagai individu, melainkan hanya data kerja yang dipantau mesin.

Solusi: Transparansi dan Etika Digital
Pengawasan seharusnya disertai komunikasi terbuka, batas waktu yang jelas, serta perlindungan data pekerja. Penerapan teknologi tak boleh melupakan sisi kemanusiaan dalam dunia kerja digital.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved