Sumber foto: Google

DeepSeek Menggemparkan Dunia: Dari Hong Kong hingga Indonesia, Apa Dampaknya?

Tanggal: 23 Feb 2025 17:43 wib.
Tampang.com | Kehadiran DeepSeek dalam dunia teknologi informasi saat ini mencuri perhatian banyak pihak. Aplikasi yang bersangkutan memperkenalkan model kecerdasan buatan (AI) yang tidak hanya efisien tetapi juga terjangkau, belakangan ini memicu berbagai dinamika di pasar global. Dalam jangka waktu yang singkat, DeepSeek berhasil menggeser popularitas ChatGPT dan menjadi aplikasi gratis paling banyak diunduh di App Store iOS Amerika Serikat.

Kemunculan DeepSeek menandai perubahan signifikan bagi perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia. Respons yang muncul di beberapa negara menggambarkan dampak nyata dari kehadiran aplikasi ini. 

Di Hong Kong, misalnya, pasar bursa kembali bergairah. Investor asal China tentunya menjadi salah satu pendorong utama, dengan total pembelian mencapai HK$22,4 miliar (sekitar US$2,88 miliar). Ini adalah jumlah yang signifikan, menjadi pembelian harian terbesar sejak awal 2021. 

Investor kembali percaya diri setelah melihat hasil positif dari Indeks Teknologi Hang Seng yang meroket hingga 2,3% setelah pembelian ini. Investor dari daratan China juga mencatatkan tambahan pembelian sebanyak HK$5,5 miliar dalam hitungan sehari setelah pembelian awal, menunjukkan potensi pemulihan yang cepat pada kekuatan ekonomi di sektor teknologi.

Sementara di daratan China, dampak DeepSeek kian terasa dengan memengaruhi para raksasa teknologi seperti Alibaba dan Baidu. Kinerja Baidu pada laporan pendapatan kuartal terakhir mengecewakan, mencatatkan penurunan 2% pada pendapatannya menjadi 34,1 miliar yuan (sekitar US$4,7 miliar). 

Penurunan ini menjadi sinyal bahwa Baidu sedang terdesak kompetisi di pasar pencarian internet dan kecerdasan buatan. Booming dari DeepSeek menyebabkan Baidu kehilangan momentum yang sempat ia miliki dan membuat langkah cepat untuk beradaptasi, termasuk membuka model AI-nya untuk umum dan mengintegrasikan teknologi DeepSeek.

Beralih ke Jepang, investor juga tidak luput dari dampak perubahan pasar akibat kemunculan DeepSeek. SoftBank Group Corp, raksasa investasi asal Jepang, merasa tertekan dengan situasi ini. Saham SoftBank stagnan sementara mereka berupaya mengumpulkan dana US$500 miliar untuk proyek infrastruktur AI bernama Stargate.

Meskipun proyek ini diharapkan bisa memberikan keunggulan bagi SoftBank dalam pengembangan AI, efek dari kehadiran DeepSeek membuat para investor mengerem harapan mereka. Neraca keuangan SoftBank pun diprediksi mengalami kemunduran, berdampak pada minat pasar terhadap saham mereka yang terus menurun.

Di sisi lain, dampak DeepSeek juga menimbulkan kecemasan di Amerika Serikat, terutama berkaitan dengan penilaian pasar yang dianggap terlalu tinggi terhadap perusahaan teknologi raksasa seperti Nvidia. Kehadiran DeepSeek sempat meruntuhkan harga saham Nvidia hingga 17% pada akhir Januari 2025, yang menyebabkan kerugian nilai pasar lebih dari US$589 miliar. 

Tornado peristiwa ini menciptakan keterheningan di kalangan pelaku industri, menandakan bahwa kehadiran DeepSeek tidak hanya dapat bersaing dengan inovasi yang sudah ada, tetapi juga menyentuh fondasi dari cakupan industri teknologi yang telah lama mapan.

Melihat ke Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, mengungkapkan rencananya untuk menciptakan model AI berlandaskan konsep DeepSeek. Dalam pernyataannya di Indonesia Economic Summit 2025, Luhut menegaskan bahwa sumber daya manusia Indonesia berpotensi besar untuk mengembangkan AI berkualitas lagi, seraya menekankan keharusan untuk mencoba dan beradaptasi dengan teknologi baru.

Menurutnya, pengeluaran untuk membangun model sejenis DeepSeek tidak akan terlalu membebani, dengan estimasi biaya sekitar US$6 juta (sekitar Rp97 miliar), jauh lebih rendah dibandingkan dengan pesaing internasional yang menghabiskan hingga miliaran dolar. 

Luhut juga menegaskan bahwa Indonesia telah memiliki banyak talenta muda yang mampu berkontribusi dalam pengembangan teknologi ini, memberikan harapan yang optimis bagi kemajuan teknologi dalam negeri. Meskipun masih ada keraguan dalam beberapa kalangan mengenai potensi keberhasilan pengembangan AI domestik, pernyataan Luhut mendorong semangat kolektif untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat bersaing di kancah global.

Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui kementerian komunikasi juga masih dalam tahap mempertimbangkan potensi pemblokiran terhadap DeepSeek. Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, menjelaskan bahwa pemerintah tengah mengamati dampak perkembangan teknologi ini di lapangan, khususnya berkaitan dengan keamanan dan privasi pengguna. Keputusan ini mencerminkan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dengan perlindungan data pribadi masyarakat.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa dampak kehadiran DeepSeek tidak hanya mengubah dinamika pasar teknologi secara global, tetapi juga memengaruhi langkah strategis di setiap negara. Dengan potensi besar yang ada, bagaimana masing-masing negara merespons fenomena ini akan menjadi faktor penting bagi masa depan industri teknologi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved