Sumber foto: Al Jazeera

DeepSeek Guncang Industri AI, Benarkah China Siap Kalahkan OpenAI?

Tanggal: 1 Feb 2025 20:31 wib.
Industri teknologi Amerika Serikat (AS) menghadapi tekanan besar akibat kemunculan DeepSeek, sebuah perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal China yang diklaim mampu menyaingi OpenAI. Dampaknya langsung terasa, dengan saham perusahaan teknologi AS mengalami kejatuhan drastis dan kekayaan 500 miliarder dunia ikut menyusut.

DeepSeek memperkenalkan model AI terbaru mereka, R1, yang disebut-sebut mampu menandingi GPT-4.0 milik OpenAI. Hal yang mengejutkan adalah bahwa pengembangan R1 hanya menelan biaya sekitar USD 6 juta, jauh lebih murah dibandingkan investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan AI AS. Efisiensi ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan industri teknologi global.

Teknologi Murah, Kinerja Setara?

Salah satu faktor utama keberhasilan DeepSeek adalah penggunaan chip lawas H800 buatan Nvidia. Chip ini masih dapat diperjualbelikan di China karena belum masuk dalam daftar larangan ekspor AS. Namun, laporan terbaru mengungkap bahwa DeepSeek kemungkinan diam-diam menggunakan chip Nvidia H100, yang secara resmi dilarang dikirim ke China.

Menurut laporan dari The Express Tribune, DeepSeek dikabarkan memiliki hingga 50.000 unit GPU H100. CEO Scale AI, Alexandr Wang, menyebut bahwa para karyawan DeepSeek tidak dapat berbicara secara terbuka mengenai penggunaan chip tersebut karena terbentur aturan ekspor AS.

"DeepSeek memiliki sekitar 50.000 chip H100s yang tak bisa mereka umbar karena larangan ekspor AS," ujar Wang dalam wawancara dengan CNBC International.

Elon Musk menanggapi pernyataan Wang dengan komentar singkat di media sosial, "Tentu saja," yang semakin memicu spekulasi mengenai bagaimana DeepSeek mendapatkan akses ke chip mutakhir tersebut.

Tudingan OpenAI dan Microsoft

Munculnya DeepSeek langsung memicu reaksi keras dari OpenAI dan Microsoft. Kedua raksasa teknologi itu menuduh DeepSeek telah mencuri data mereka secara diam-diam untuk mengembangkan model AI yang lebih murah dan efisien.

Persaingan ini semakin memperlihatkan ketegangan antara AS dan China dalam industri kecerdasan buatan. DeepSeek bukan satu-satunya startup AI China yang mulai mengancam dominasi AS. Perusahaan seperti Qwen juga mulai menunjukkan taringnya, menawarkan model AI dengan biaya lebih rendah namun tetap berkinerja tinggi.

Regulasi AS di Persimpangan Jalan

Ketika inovasi China dalam AI terus berkembang pesat, banyak pihak mempertanyakan langkah AS selanjutnya dalam mengatur industri ini. Apakah mereka akan memperketat regulasi ekspor chip ke China? Ataukah mereka akan mencari cara lain untuk kembali menguasai pasar AI global?

Satu hal yang pasti, persaingan AI antara China dan AS kini semakin memanas, dan dunia akan terus menyaksikan bagaimana kedua negara adidaya ini bersaing untuk memimpin masa depan kecerdasan buatan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved