Sumber foto: iStock

DeepSeek Guncang Dunia AI! Nvidia Kehilangan Rp9.532 Triliun dalam Sehari

Tanggal: 29 Jan 2025 19:37 wib.
Nilai kapitalisasi pasar Nvidia Corp, perusahaan teknologi terbesar di dunia, mengalami pukulan besar akibat kekhawatiran investor terhadap startup kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek. Saham Nvidia anjlok hingga 17% pada Senin (27/01/2025), menandai penurunan harian terbesar sejak Maret 2020. Akibatnya, kapitalisasi pasar Nvidia menyusut sebesar US$589 miliar atau sekitar Rp9.532 triliun.

Penurunan drastis ini bahkan melampaui rekor sebelumnya pada September 2024, di mana saham Nvidia turun 9% dan menghapus nilai pasar sebesar US$279 miliar. Kejatuhan saham Nvidia kali ini tercatat sebagai penurunan nilai pasar satu hari terbesar dalam sejarah pasar saham AS.

Sebagai salah satu perusahaan dengan bobot terbesar dalam indeks utama, penurunan Nvidia memberikan dampak luas di pasar saham global. Data Bloomberg menunjukkan bahwa dari sepuluh penurunan kapitalisasi pasar terbesar dalam satu hari di indeks S&P 500, delapan di antaranya disebabkan oleh aksi jual besar-besaran saham Nvidia. Indeks S&P 500 turun 1,5%, sementara Nasdaq 100 mengalami koreksi hampir 3%.

DeepSeek: Tantangan Baru bagi Raksasa AI

Penurunan saham Nvidia dipicu oleh ketakutan investor terhadap pendekatan revolusioner DeepSeek. Startup AI asal China ini dikabarkan mampu menyaingi raksasa AI seperti OpenAI dan Meta Platforms Inc dengan biaya yang jauh lebih rendah.

DeepSeek baru saja merilis model AI terbarunya yang disebut-sebut setara dengan teknologi canggih milik OpenAI dan Meta. Berkat keunggulannya, produk berbasis open-source ini langsung melesat ke peringkat teratas di App Store milik Apple.

Analis dari Jefferies dalam catatan kepada klien mereka menyebut bahwa keberhasilan DeepSeek berpotensi mengguncang industri AI yang saat ini bergantung pada cip berteknologi tinggi, daya komputasi besar, dan konsumsi energi yang tinggi.

Selama ini, Nvidia menjadi pemain utama dalam industri AI, berkat dominasi mereka di sektor cip semikonduktor yang menjadi tulang punggung teknologi AI. Namun, dengan munculnya DeepSeek yang menawarkan efisiensi lebih tinggi, investor mulai mempertanyakan apakah investasi besar-besaran pada teknologi AI akan benar-benar menghasilkan keuntungan yang sepadan.

Investasi Besar di AI, Namun Risiko Mengintai

Meski belanja modal untuk pengembangan AI diperkirakan tetap tinggi, investor semakin waspada terhadap potensi risiko yang ada. Contohnya, Meta baru-baru ini mengumumkan rencana untuk meningkatkan investasi dalam proyek AI hingga US$65 miliar pada tahun ini. Langkah ini sempat mendorong harga saham Meta ke level tertinggi sepanjang masa.

Tak hanya itu, kolaborasi besar antara OpenAI, SoftBank Group Corp, dan Oracle Corp dalam proyek senilai US$100 miliar yang diberi nama Stargate juga semakin menunjukkan keseriusan industri dalam membangun infrastruktur AI canggih di AS.

Namun, di sisi lain, pemerintah AS terus memperketat regulasi terkait ekspor teknologi semikonduktor canggih ke China. Langkah ini bertujuan untuk memperlambat perkembangan AI di negeri tirai bambu. Namun, kemunculan DeepSeek membuktikan bahwa para insinyur China mampu mengatasi tantangan tersebut dengan cara yang lebih inovatif dan efisien.

Dalam pernyataannya, Nvidia mengakui bahwa model AI DeepSeek merupakan sebuah "terobosan luar biasa" dalam industri AI. Mereka juga menegaskan bahwa DeepSeek tidak melanggar aturan ekspor AS terkait pembatasan akses terhadap cip canggih. Meski begitu, Nvidia menekankan bahwa untuk menjalankan model AI tersebut, tetap diperlukan unit pemrosesan grafis (GPU) dari Nvidia serta jaringan komputasi berperforma tinggi.

Keberhasilan DeepSeek menembus batasan yang ada semakin mempertegas bahwa persaingan di dunia AI belum mencapai titik akhir. Dengan efisiensi dan biaya rendah sebagai nilai jual utama, startup asal China ini berpotensi mengubah lanskap industri AI secara global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved