DeepSeek, AI China yang Mengancam Dominasi Teknologi AS – Benarkah Lebih Unggul dari Nvidia?
Tanggal: 29 Jan 2025 19:38 wib.
Perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, tengah menjadi sorotan global setelah kemunculannya mengguncang industri teknologi, khususnya saham-saham raksasa di sektor tersebut. Keberhasilan startup ini menarik perhatian banyak pihak, terutama karena model AI yang dikembangkannya diklaim lebih hemat biaya dibandingkan pesaingnya.
DeepSeek didirikan pada tahun 2023 di Hangzhou oleh Liang Wenfeng dengan tujuan menciptakan model bahasa besar (LLM) berbasis open-source yang mampu menyaingi produk AI ternama, seperti ChatGPT dari OpenAI.
Dalam perjalanannya, DeepSeek meluncurkan chatbot gratis bernama DeepSeek-R1 pada 10 Januari 2025. Tidak butuh waktu lama, aplikasi ini langsung melejit menjadi aplikasi gratis paling banyak diunduh di App Store iOS di Amerika Serikat, bahkan melampaui popularitas ChatGPT.
Keberhasilan ini memberikan dampak besar pada industri teknologi global. Saham Nvidia, salah satu pemimpin industri semikonduktor dan AI asal Amerika Serikat, mengalami penurunan signifikan hingga 17% pada 27 Januari 2025. Penurunan ini mengakibatkan hilangnya nilai pasar lebih dari 589 miliar dolar AS atau sekitar Rp9.532 triliun.
Salah satu faktor yang membuat DeepSeek begitu menarik adalah efisiensi biaya pengembangannya. Dengan anggaran sekitar 6 juta dolar AS (sekitar Rp97 miliar), DeepSeek berhasil menciptakan model AI yang diklaim setara dengan teknologi milik OpenAI dan Anthropic. Padahal, pesaingnya tersebut menginvestasikan ratusan juta hingga miliaran dolar untuk mengembangkan model serupa.
DeepSeek vs Nvidia: Ancaman atau Inovasi?
DeepSeek mengadopsi pendekatan open-source, di mana kode dan detail teknis dari model AI-nya tersedia untuk publik. Hal ini memungkinkan komunitas teknologi untuk menyesuaikan dan mengembangkan model tersebut sesuai kebutuhan mereka. Namun, strategi ini juga memicu perdebatan di industri AI Amerika Serikat.
Beberapa pihak mulai mempertanyakan apakah investasi besar-besaran dalam infrastruktur AI yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan AS masih relevan. Dengan efisiensi biaya yang ditunjukkan DeepSeek, muncul kekhawatiran bahwa dominasi Amerika Serikat dalam pengembangan AI bisa tergeser oleh China. Selain itu, ada ketakutan bahwa China akan mengambil alih standar global dalam teknologi AI.
Mantan Presiden AS, Donald Trump, turut berkomentar mengenai situasi ini. Menurutnya, keberhasilan DeepSeek adalah peringatan bagi industri teknologi AS bahwa mereka harus tetap bersaing agar tidak tertinggal. Trump juga mengakui bahwa inovasi dari China bisa menjadi keuntungan karena memungkinkan pengembangan AI dengan biaya yang lebih rendah.
Di sisi lain, Nvidia tetap optimis terhadap posisinya dalam industri AI. Dalam pernyataan resminya, perusahaan ini menyebut DeepSeek sebagai "kemajuan luar biasa di bidang AI" dan menegaskan bahwa startup asal China tersebut tidak melanggar pembatasan AS terkait akses terhadap cip semikonduktor canggih.
Nvidia menambahkan bahwa meskipun model AI DeepSeek diklaim lebih hemat biaya, proses inferensi atau pengoperasian model AI tetap memerlukan jumlah besar unit pemrosesan grafis (GPU) buatan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun DeepSeek berkembang pesat, ketergantungan pada teknologi Nvidia masih ada.
Masa Depan AI: Dominasi AS atau China?
Nvidia selama ini menjadi pemain utama dalam industri AI berkat cip semikonduktornya yang banyak digunakan untuk menjalankan model kecerdasan buatan. Dengan munculnya DeepSeek, investor mulai mempertanyakan apakah investasi besar dalam teknologi AI masih akan memberikan keuntungan besar di masa depan.
Meskipun inovasi yang dilakukan DeepSeek memberikan dampak besar pada pasar, para analis memperkirakan bahwa persaingan di bidang AI masih akan terus berlangsung dalam jangka panjang. Perusahaan-perusahaan teknologi di AS kini dituntut untuk beradaptasi dan mencari cara baru untuk tetap unggul dalam industri yang semakin kompetitif ini.