Deepfake Makin Sulit Dikenali, Publik Terancam Disinformasi Digital!
Tanggal: 17 Mei 2025 14:28 wib.
Tampang.com | Video wajah politisi yang memaki, selebriti yang berkata vulgar, atau tokoh agama yang tampak mendukung isu kontroversial—semuanya bisa dibuat dengan teknologi deepfake. Meski tampak nyata, kenyataannya palsu. Lalu, bagaimana publik bisa membedakan?
Teknologi Deepfake Kian Canggih, Deteksi Semakin Sulit
Deepfake memanfaatkan kecerdasan buatan untuk meniru wajah dan suara seseorang secara sangat akurat. Dengan hanya sedikit bahan video asli, AI bisa menciptakan konten yang membingungkan bahkan jurnalis berpengalaman.
Bahaya di Tahun Politik dan Polarisasi Sosial
Di tengah suhu politik yang panas, video deepfake bisa jadi senjata disinformasi. “Satu video palsu bisa memecah belah masyarakat dalam hitungan jam,” ujar Ratri K., peneliti media digital.
Hukum dan Regulasi Belum Antisipatif
Saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur produksi dan distribusi deepfake di Indonesia. Penindakan hanya bisa dilakukan lewat pasal karet UU ITE atau pelanggaran privasi, yang cenderung multitafsir.
Solusi: Edukasi Digital dan Sistem Deteksi Cepat
Ahli menyarankan agar pemerintah, media, dan platform digital bekerja sama mengembangkan sistem deteksi konten manipulatif berbasis AI. Di sisi lain, masyarakat juga perlu diedukasi agar lebih skeptis terhadap konten visual viral.
Melindungi Ruang Digital dari Kepalsuan Visual
Teknologi tidak bisa dihentikan, tapi bisa diarahkan. Tanpa regulasi dan literasi, masyarakat akan jadi korban dari visualisasi kebohongan yang semakin meyakinkan.