Sumber foto: Unsplash

Dampak Penggunaan Teknologi Artificial Intelligence di Lingkungan Kerja Orang Jepang

Tanggal: 20 Jul 2024 05:53 wib.
Dalam sebuah survei terbaru, terungkap bahwa Jepang menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) di lingkungan kerja. Sebagian perusahaan telah menerapkan AI dalam bisnisnya, sementara sebagian lainnya tidak tertarik untuk menggunakannya sama sekali. Hasil survei dari Nikkei Research menunjukkan bahwa 24% responden telah memperkenalkan AI dalam bisnisnya, sedangkan 35% berencana menerapkannya di masa depan. Namun, di sisi lain, 41% perusahaan tidak merencanakan untuk mengadopsi AI di lingkungan kerja mereka (Reuters, Kamis, 18 Juli 2024).

Reuters mencatat bahwa perbedaan ini mencerminkan adanya inovasi teknologi yang beragam di setiap perusahaan di Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan AI belum merata di seluruh sektor industri Jepang. Riset yang dilakukan oleh Nikkei Research juga menanyakan tujuan penerapan AI dari subjek penelitiannya. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) responden mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, sementara 53% responden lebih tertarik pada pemangkasan biaya tenaga kerja. Sementara itu, 36% responden menjawab bahwa penggunaan AI dapat mempercepat penelitian dan pengembangan.

Meskipun begitu, keberadaan AI juga menimbulkan beberapa ketakutan di antara pekerja di Jepang, khususnya dalam hal pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Hal ini terjadi karena perusahaan cenderung lebih memilih untuk menggunakan robot AI daripada tenaga kerja manusia. Manajer dari perusahaan transportasi mengatakan bahwa para karyawan cemas akan kemungkinan pengurangan jumlah tenaga kerja yang diakibatkan oleh pengenalan teknologi AI. Hambatan lainnya termasuk kurangnya keahlian dalam bidang teknologi, masalah modal yang besar, dan kekhawatiran terkait dengan keandalan teknologi AI.

Riset ini dilakukan terhadap 506 perusahaan di Jepang selama rentang waktu 3 hingga 12 Juli 2024. Namun, hanya 250 perusahaan yang bersedia untuk menjawab survei secara anonim. Hasil dari survei ini mencerminkan bahwa penerapan teknologi AI di Jepang masih belum merata, dan terdapat berbagai hambatan dan ketakutan yang perlu diatasi dalam menghadapi dampak dari perkembangan teknologi AI ini.

Perkembangan teknologi AI di berbagai sektor bisnis juga menarik perhatian banyak pihak di Jepang. Di tengah upaya memanfaatkan potensi AI, terdapat juga ketakutan dan kekhawatiran di kalangan pekerja akan potensi PHK massal akibat otomatisasi tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia. Bagi perusahaan, pemakaian teknologi AI dianggap dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi. Namun, di sisi lain, pemakaian AI juga menimbulkan kekhawatiran terkait kehilangan pekerjaan dan kurangnya keamanan kerja. Masalah ini terutama terjadi di sektor-sektor industri yang paling banyak terkena dampak dari penerapan teknologi AI, seperti industri manufaktur dan transportasi.

Menurut survei yang dilakukan oleh Nikkei Research, banyak perusahaan di Jepang telah mengenali manfaat dari penggunaan AI dalam bisnis mereka. Sebagian besar responden menyatakan bahwa tujuan utama dari penerapan AI adalah untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan memangkas biaya operasional. Namun, ada juga sebagian responden yang mengkhawatirkan kemungkinan PHK massal yang akan terjadi akibat pengenalan teknologi AI. Hal ini menunjukkan bahwa selain manfaatnya, penggunaan AI juga menimbulkan ketakutan di kalangan pekerja di Jepang.

Selain masalah PHK massal, terdapat pula berbagai hambatan teknis dan praktis terkait dengan penerapan AI di lingkungan kerja. Meskipun 60% perusahaan merencanakan untuk menerapkan AI, masih terdapat 41% perusahaan yang tidak merencanakan untuk mengadopsinya. Salah satu hambatan utama yang dihadapi para perusahaan adalah kurangnya keahlian yang ahli dalam teknologi AI. Belum banyak pekerja yang memiliki keahlian khusus dalam bidang ini, sehingga perusahaan harus merelakan waktu dan biaya untuk melatih karyawan mereka agar terampil dalam menggunakan teknologi AI.

Selain itu, modal yang diperlukan untuk mengadopsi teknologi AI juga sangat besar. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup. Tak hanya itu, kekhawatiran terhadap keandalan teknologi AI juga menjadi salah satu kendala yang membuat sebagian perusahaan enggan untuk mengadopsinya.

Dalam menghadapi berbagai hambatan ini, perusahaan-perusahaan di Jepang perlu mempertimbangkan solusi dan strategi yang tepat untuk menghadapi dampak dari penerapan teknologi AI. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya investasi dalam sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bidang teknologi AI. Selain itu, perlu juga upaya untuk mereduksi ketakutan dan kekhawatiran di kalangan pekerja mengenai kemungkinan PHK massal akibat otomatisasi tugas-tugas pekerjaan.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved