Sumber foto: iStock

China Unggul dalam Adopsi Teknologi Kecerdasan Buatan: Data Ungkap Fakta Mengejutkan

Tanggal: 11 Jul 2024 19:12 wib.
Survei terbaru yang dilakukan oleh perusahaan software analitik AI dari AS, SAS dan Coleman Parkes Research menunjukkan bahwa China memimpin dalam hal adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI). Popularitas AI-generatif semakin meroket sejak kemunculan ChatGPT buatan OpenAI pada tahun 2022. Raksasa teknologi di seluruh dunia pun berlomba-lomba untuk mengadopsi teknologi AI, dengan China dan AS menjadi dua negara yang paling ketat bersaing untuk mendominasi sektor AI.

Dari hasil survei tersebut, ditemukan bahwa 83% dari 1.600 pemangku kebijakan di China mengaku telah menggunakan AI-generatif. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 16 negara lain yang menjadi subjek riset, termasuk Amerika Serikat (AS) dengan hanya 65% responden yang mengaku sudah mengadopsi AI-generatif. Rata-rata adopsi AI-generatif secara global hanya sebesar 54%, menurut Reuters pada Rabu, 10 Juli 2024. Hasil ini mencerminkan dominasi China dalam mengadopsi teknologi AI, yang terjadi di tengah maraknya penjegalannya dari AS dan negara-negara sekutunya.

Selain itu, survei juga mengungkap bahwa industri yang disurvei, antara lain di sektor perbankan, asuransi, jaminan kesehatan, telekomunikasi, manufaktur, ritel, dan energi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi AI tidak hanya terbatas pada satu sektor industri, melainkan telah merasuki berbagai sektor yang ada. Apabila dilihat dari aspek ini, China dapat dikatakan telah berhasil untuk mengadopsi teknologi AI di berbagai sektor, yang menandakan dominasinya dalam pengembangan teknologi AI.

Tidak hanya dalam adopsi teknologi, China juga terus unjuk gigi dalam hal paten AI-generatif. Data dari Badan Kekayaan Intelektual PBB menunjukkan bahwa China mendominasi dalam hal paten AI-generatif dengan mendaftarkan 38.000 paten dalam periode 2014-2023. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan AS yang hanya mendaftarkan 6.276 paten dalam periode serupa. Hal ini menunjukkan bahwa China tidak hanya mengadopsi teknologi AI, tetapi juga berhasil dalam menghasilkan inovasi dan pengembangan teknologi tersebut, yang tercermin dari jumlah paten yang mereka daftarkan.

Meskipun Jumlah paten AI yang didaftarkan oleh China jauh lebih tinggi dibandingkan dengan AS, banyak layanan AI global seperti OpenAI yang dilarang di China. Namun, kemampuan China untuk mengembangkan layanan serupa melalui raksasa teknologi seperti ByteDance dan startup Zhipu, telah membuat mereka mampu bersaing di kancah global. Kemampuan China untuk mengembangkan teknologi AI secara internal menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengandalkan teknologi dari luar negri, tetapi mampu menciptakan inovasi sendiri yang dapat bersaing secara global.

Dari data dan fakta yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa China memang sudah lebih maju dalam hal adopsi dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan dibandingkan dengan Amerika Serikat. Dominasi China dalam mengadopsi teknologi AI dan jumlah paten yang mereka daftarkan menunjukkan bahwa China menjadi pemimpin dalam mengembangkan landscape AI di dunia. Sementara AS terus berusaha untuk mengikuti perkembangan China dalam hal ini, namun dominasi China dalam hal adopsi dan pengembangan teknologi AI masih menjadi fakta yang mengejutkan.

Dengan fakta-fakta yang telah diungkapkan, perlu sebuah semangat inovasi yang lebih untuk bisa bersaing dengan China, khususnya bagi AS dan negara-negara lain yang ingin tetap bersaing dalam mengembangkan teknologi AI di tingkat global. Hasil survei dan data paten yang diperoleh seharusnya menjadi sebuah insentif bagi negara-negara lain untuk lebih giat dalam mengembangkan dan mengadopsi teknologi AI agar bisa tetap bersaing dengan China. Dominasi China dalam teknologi kecerdasan buatan merupakan sebuah tantangan bagi negara-negara lain untuk terus meningkatkan inovasi dan investasi dalam bidang teknologi AI.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved