Sumber foto: iStock

China Tanam Chip Otak Pertama: Kendalikan Game hingga Robot Hanya dengan Pikiran!

Tanggal: 23 Jun 2025 11:51 wib.
China kembali mencetak tonggak sejarah di dunia teknologi dengan keberhasilannya dalam uji klinis pertama chip otak yang memungkinkan manusia mengontrol perangkat elektronik hanya menggunakan daya pikir. Inovasi ini menjadikan China sebagai salah satu pemain utama dalam bidang brain-computer interface (BCI), sejajar dengan Amerika Serikat yang selama ini mendominasi melalui proyek ambisius Neuralink milik Elon Musk.


Kendali Perangkat dengan Pikiran: Dari Fiksi Jadi Fakta

Uji klinis ini dilakukan pada Maret 2025 terhadap seorang pasien yang mengalami kelumpuhan total atau tetraplegia. Beberapa minggu setelah operasi penanaman chip, pasien tersebut menunjukkan kemajuan luar biasa: ia mampu memainkan permainan balap mobil dan catur hanya dengan pikirannya—tanpa menyentuh layar atau menggunakan alat bantu apa pun. Informasi ini diungkapkan oleh Center for Excellence in Brain Science and Intelligence Technology yang berbasis di Shanghai.

Dengan pencapaian ini, interaksi antara otak manusia dan mesin yang dulu hanya ada dalam film fiksi ilmiah kini mulai menjadi kenyataan. Tak hanya itu, keberhasilan ini juga menjadi batu loncatan besar bagi Tiongkok dalam mengejar dominasi teknologi otak di masa depan.


Teknologi Lebih Ringan & Fleksibel dari Neuralink

Chip BCI yang ditanamkan ke otak pasien memiliki dimensi mini, hanya sekitar 26 mm dengan ketebalan kurang dari 6 mm. Meski ukurannya kecil, performanya sangat luar biasa. Para peneliti mengklaim bahwa chip ini lebih dari 100 kali lipat lebih fleksibel dibandingkan teknologi yang dikembangkan oleh Neuralink.

Fleksibilitas tersebut menjadi keunggulan signifikan karena memungkinkan implan menyesuaikan dengan gerakan dan struktur otak manusia tanpa menimbulkan tekanan atau kerusakan. Ini menjadikan China sebagai negara pertama yang memiliki teknologi BCI paling ringan dan fleksibel di dunia saat ini.


Langkah Berikutnya: Kendali Fisik Lewat Robot

Keberhasilan dalam mengendalikan permainan digital hanyalah permulaan. Langkah berikutnya, tim ilmuwan akan memfokuskan pengembangan teknologi ini agar dapat digunakan untuk mengontrol lengan robotik. Dengan begitu, pasien kelumpuhan nantinya bisa melakukan aktivitas fisik seperti menggenggam, mengangkat, atau bahkan menulis menggunakan robot yang dikendalikan melalui sinyal otak mereka.

Tujuan utama dari pengembangan ini adalah mengembalikan kualitas hidup pasien dengan kelainan gerak melalui pendekatan revolusioner yang menggabungkan neurosains, kecerdasan buatan, dan teknik biomedis.


Kolaborasi Lintas Lembaga

Proyek ambisius ini merupakan hasil kerja sama antara Center for Excellence in Brain Science and Intelligence Technology dengan Rumah Sakit Huashan dan Universitas Fudan, dua institusi ternama di Tiongkok. Penelitian ini juga menggambarkan peningkatan fokus pemerintah Tiongkok terhadap pengembangan teknologi kesehatan dan kecerdasan buatan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka dalam menghadapi kompetisi global, terutama dari Amerika Serikat.

Menurut laporan dari Business Standard pada Selasa (17/6/2025), Tiongkok tidak hanya mengandalkan laboratorium akademik, tapi juga telah melibatkan berbagai startup lokal untuk mengembangkan teknologi antarmuka otak-mesin yang siap bersaing di pasar internasional.


Siap Masuk Pasar Komersial pada 2028

Dengan pencapaian awal yang sangat menjanjikan ini, tim ilmuwan Tiongkok telah menetapkan target ambisius: mengantongi izin edar dan memasarkan chip otak ini secara komersial mulai tahun 2028. Langkah tersebut menandai komitmen serius mereka untuk tidak hanya menjadi inovator teknologi, tetapi juga pelaku pasar utama dalam industri teknologi saraf global.

Jika target ini tercapai, maka bukan hal yang mustahil jika suatu saat masyarakat umum juga bisa menikmati teknologi canggih ini, baik untuk membantu disabilitas, mempercepat pembelajaran, hingga mengoperasikan sistem rumah pintar hanya lewat pikiran.


Persaingan dengan AS Semakin Ketat

Hingga kini, Amerika Serikat masih menjadi pemimpin dalam pengembangan antarmuka otak-komputer lewat perusahaan Neuralink. Namun, dengan keberhasilan China dalam uji klinis ini, peta persaingan global mulai berubah.

Terlebih, keunggulan China dalam hal biaya produksi, efisiensi riset, dan fleksibilitas teknologi menjadikan mereka sebagai ancaman serius bagi dominasi AS. Perkembangan ini mempertegas bahwa perlombaan teknologi otak kini tidak hanya menjadi ajang prestise, melainkan bagian dari strategi kekuatan global di bidang militer, medis, dan komunikasi.


Masa Depan Ada di Otak

Chip otak bukan lagi sekadar alat bantu medis. Dengan kemampuan untuk menerjemahkan sinyal otak menjadi perintah digital, BCI menjadi jembatan antara pikiran manusia dan dunia digital. Dalam beberapa tahun ke depan, teknologi ini diyakini akan mengubah cara manusia bekerja, bermain, dan berinteraksi dengan teknologi.

Penelitian dari Tiongkok ini menunjukkan bahwa masa depan teknologi tidak hanya dibentuk oleh apa yang kita bangun, tapi oleh bagaimana kita berpikir ulang tentang potensi otak manusia itu sendiri.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved