China Memperlihatkan Robot Anjing Perang yang Dilengkapi Senjata Mesin
Tanggal: 16 Mei 2024 20:41 wib.
Militer China baru-baru ini melakukan pameran robot anjing perang di awal latihan terbesarnya bersama pasukan Kamboja. Robot ini bahkan dilengkapi dengan senjata mesin untuk meningkatkan kemampuan perang mereka.
Tidak diragukan lagi bahwa Hubungan China-Kamboja telah menjadi semakin erat selama bertahun-tahun. Kamboja telah lama menjadi sekutu China dan menerima investasi yang jumlahnya miliaran dolar dari China. Hal ini menunjukkan betapa besarnya investasi militer dan politik yang dimiliki China di wilayah Asia Tenggara.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menjadi lebih khawatir dengan kehadiran China di wilayah tersebut. AS khawatir bahwa China akan memanfaatkan pangkalan angkatan laut Kamboja di Teluk Thailand untuk memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara.
Seperti dikutip dari AFP pada Kamis (16/5/2024), lebih dari 2.000 tentara, termasuk 760 personel militer China, telah terlibat dalam latihan bersama pasukan Kamboja. Latihan tersebut berlangsung di Provinsi Kampong Chhnang dan di laut lepas Provinsi Preah Sihanouk dan melibatkan berbagai aspek, seperti latihan tembak-menembak, anti-terorisme, dan penyelamatan manusia.
Seiring dengan latihan tersebut, China memperlihatkan perangkat keras militer canggih yang disebut "robodog" atau robot anjing perang. Robot ini memiliki empat kaki dan senapan otomatis terpasang di punggungnya. Dikendalikan dari jarak jauh, robot ini menunjukkan kecanggihan teknologi yang digunakan dalam militer China.
Penting untuk dicatat bahwa selama pameran robot anjing perang, para pawang tetap mengikat anjing-anjing perang dan hanya menunjukkan kemampuan berjalan mereka di hadapan wartawan dan petinggi, bukan keterampilan menembak. Menurut panglima angkatan bersenjata Kamboja Vong Pisen, latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan angkatan bersenjata dalam perang melawan terorisme.
Vong Pisen juga menegaskan bahwa Kamboja tidak akan pernah mengizinkan pangkalan militer asing berada di wilayahnya, hal ini sejalan dengan pernyataan para pemimpin Kamboja sebelumnya. Namun, lonjakan investasi China dalam pembangunan pangkalan angkatan laut Kamboja menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pihak AS.
Sejak Kamboja membongkar fasilitas di pangkalan angkatan laut Ream dekat kota pelabuhan Sihanoukville di Kamboja, yang sebagian dibangun dengan dana Amerika dan menjadi tuan rumah latihan militer AS, China mulai mendanai renovasinya. Juru bicara militer Kamboja Thong Solimo bahkan menyatakan bahwa latihan ini adalah yang terbesar yang pernah ada dan China akan menanggung biayanya.
Latihan Golden Dragon merupakan kelanjutan dari kunjungan tiga hari diplomat top China, Wang Yi ke Kamboja pada bulan April untuk memperdalam hubungan antara kedua negara. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya China dalam memperkuat hubungannya dengan Kamboja.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan investasinya di wilayah Asia Tenggara, termasuk Kamboja. Investasi ini tidak hanya terbatas pada bidang militer, tapi juga infrastruktur dan proyek-proyek pembangunan lainnya. Sebagai negara yang mendukung pembangunan ekonomi dan infrastruktur, China terus menunjukkan komitmennya untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Selain itu, China juga terus meningkatkan kemampuan militer dan teknologi perangannya, terutama dalam pengembangan teknologi robotik untuk keperluan militer. Kehadiran robot anjing perang yang dilengkapi senapan mesin merupakan contoh nyata dari upaya China dalam memperkuat kemampuan militer mereka.
Pertumbuhan kekuatan militer China di Asia Tenggara juga meningkatkan kekhawatiran dari pihak Amerika Serikat. AS terus memantau setiap langkah China dalam wilayah ini dan mempertahankan keseimbangan kekuatan di Asia Tenggara.
Dengan demikian, upaya China dalam memperkuat hubungan dengan Kamboja dan memperlihatkan kekuatan militer mereka di wilayah ini telah menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran dari pihak AS. Diperlukan diplomasi dan dialog yang lebih luas untuk mengatasi ketegangan ini dan mencari solusi yang dapat menjaga kedamaian dan stabilitas di wilayah Asia Tenggara.
Dengan demikian, ketegangan antara China dan Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara merupakan salah satu isu geopolitik yang penting dalam hubungan internasional saat ini. Diperlukan upaya bersama dari semua pihak untuk mencari solusi yang dapat mengurangi ketegangan dan memelihara stabilitas di wilayah ini.