China Membawa Materi dari Bulan, Semua Boleh Membagikannya kecuali Amerika
Tanggal: 6 Jul 2024 06:47 wib.
China baru-baru ini kembali dari perjalanan ke sisi gelap Bulan dengan pesawat luar angkasa Chang'e 6. Pesawat ini mendarat di wilayah sabana Mongolia Dalam, membawa kargo seberat 2 kilogram yang nantinya akan menjadi sampel pertama yang dibawa dari sisi gelap Bulan. Hal ini menarik perhatian publik global terutama para peneliti dan ilmuwan dari berbagai negara di seluruh dunia.
Sejak 1972, manusia hanya memiliki akses terbatas pada sampel bulan terakhir, yaitu batuan seberat 11,7 kilogram yang dibawa kembali oleh misi Apollo 16. Kedatangan sampel baru dari sisi gelap Bulan diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang penjelajahan luar angkasa dan astronomi.
Meskipun demikian, kendati sampel ini dapat diteliti oleh para ahli dari berbagai negara, terdapat pembatasan yang cukup signifikan. Para peneliti dari Amerika Serikat tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam penelitian dan analisis terhadap material tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya Wolf Amendment yang berlaku sejak tahun 2011.
Wolf Amendment, yang merupakan regulasi pemerintah AS, melarang NASA untuk menggunakan dana pemerintahnya dalam kerjasama dengan China. Pengecualian hanya dapat diberikan jika FBI mengklaim bahwa kolaborasi tersebut tidak menimbulkan ancaman keamanan atau risiko kebocoran teknologi dan data luar angkasa. Hal ini menjadi hambatan besar bagi para peneliti dan ilmuwan AS, termasuk yang bekerja di NASA, dalam mengakses dan menganalisis sampel tersebut.
Menurut Wakil Ketua Badan Antariksa Nasional China, Bian Zhigang, Hambatan terbesar dalam kerjasama antariksa AS-China saat ini adalah Wolf Amendment. AS perlu mengambil langkah untuk mengangkat hambatan ini jika ingin berharap untuk melakukan kerjasama antariksa secara rutin.
China sendiri menjadi lebih aktif dalam misi penjelajahan Bulan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka telah menyelesaikan enam misi ke Bulan, sementara perjalanan terakhir NASA ke Bulan terjadi 50 tahun yang lalu. Kegiatan penjelajahan ruang angkasa ini menunjukkan bahwa China sedang menempati posisi yang unggul dalam bidang penelitian dan eksplorasi luar angkasa.
Keberhasilan China dalam misi ke Bulan ini menimbulkan ketertarikan dan kekaguman dari seluruh dunia, terutama para ilmuwan dan peneliti luar angkasa. Sampel dari sisi gelap Bulan yang lebih bergelombang dan penuh dengan bebatuan keras ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang formasi dan karakteristik Bulan, serta perkembangan ilmu pengetahuan luar angkasa.
Kendati pengembangan ilmu pengetahuan tidak mengenal batas negara, kerjasama internasional dalam bidang penelitian luar angkasa masih dihadapkan pada berbagai hambatan, termasuk regulasi pemerintah dan kebijakan politik. Diharapkan bahwa keberhasilan misi luar angkasa ini dapat membuka jalan bagi kolaborasi yang lebih luas dan terbuka di masa depan. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah negara-negara dapat melampaui perbedaan politik dan kebijakan untuk mendorong kemajuan bersama dalam eksplorasi luar angkasa dan penelitian ilmiah.