Sumber foto: Entrackr.com

Byju: Dulu Nilainya Rp 360 Triliun, Sekarang Nol

Tanggal: 1 Jul 2024 10:33 wib.
Byju, startup perusahaan edutech asal India, mengalami penurunan nilai yang signifikan di pasar saham. Salah satu investor utamanya, Prosus, bahkan telah kehilangan seluruh nilai investasinya di startup tersebut. Pada Januari 2024, Byju mencapai valuasi US$ 22 miliar (sekitar Rp 360 triliun), tetapi kini saham perusahaan tersebut tidak lagi memiliki nilai.

Prosus, sebagai investor teknologi global, memiliki kepemilikan sebesar 9,6% di Byju. Saham Prosus di Byju sempat bernilai US$ 2,1 miliar (sekitar Rp 34 triliun) saat valuasi Byju mencapai puncaknya. Namun, dalam laporan kuartalannya yang terbaru, Prosus menyatakan bahwa saham mereka di Byju kini tidak memiliki nilai.

Chief Investment Officer Prosus, Ervin Tu, masih menyimpan harapan bahwa Byju dapat pulih dari keterpurukannya dengan melakukan perubahan dalam tata kelola perusahaan. Byju, yang berfokus pada pendidikan di Asia Selatan dan Timur Tengah, kini menghadapi berbagai masalah keuangan dan tata kelola.

Permasalahan di Byju mulai terungkap ketika perusahaan secara terus-menerus menunda publikasi laporan keuangan. Saat akhirnya laporan keuangan tersebut dirilis, pendapatan Byju jauh di bawah proyeksi.

Prosus, yang juga merupakan investor di perusahaan teknologi besar seperti Tencent dan OLX, memiliki perwakilan di dewan komisaris Byju. Mereka menuduh bahwa Byju telah mengabaikan saran dari para pemegang saham. Para investor Byju juga menuding manajemen perusahaan telah menyampaikan informasi palsu terkait penggalangan dana sebesar US$ 200 juta yang diumumkan pada tahun tersebut.

HSBC, lembaga keuangan global, menilai bahwa saham Byju hampir tidak memiliki nilai. Dalam risetnya, HSBC menyatakan bahwa kepemilikan Prosus atas 10% saham Byju tidak lagi layak untuk dipertimbangkan.

Perubahan drastis juga terjadi dalam catatan keuangan Byju dalam satu tahun terakhir. Startup tersebut sebelumnya menghabiskan sekitar US$ 2,5 miliar (sekitar Rp 39 triliun) untuk mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan pada tahun 2021 dan 2022. Selain itu, Byju telah berhasil menggalang dana lebih dari US$ 5 miliar (sekitar Rp 78,89 triliun) dari investor-investor ternama seperti General Atlantic, Silver Lake, Peak XV, Lightspeed, Chan Zuckerberg Initiative, BlackRock, UBS, Prosus Ventures, dan B Capital.

Raveendran, pendiri Byju, mengakui bahwa perusahaan telah berusaha memangkas pengeluaran dan merombak organisasi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Namun, kepergian beberapa anggota dewan komisaris Byju, termasuk GV Ravishankar dari Peak XV Partners, Russer Dreisenstock dari Prosus, dan Vivian Wu dari Chan Zuckerberg Initiative, menunjukkan bahwa ada ketidakpastian dalam kepemimpinan perusahaan.

Saat ini, dewan komisaris Byju hanya diisi oleh pendiri perusahaan, Byju Raveendran, serta keluarganya, yakni Divya Gokulnath (istri) dan Riju Raveendran (adik). Perusahaan konsultan akuntansi Deloitte bahkan mundur dari tugas mereka untuk melakukan audit karena Byju terus-menerus menunda publikasi laporan keuangan dan tidak memenuhi permintaan dokumen keuangan yang diminta.

Kondisi Byju yang semakin memburuk merupakan peringatan bagi perusahaan startup di sektor edutech dan juga investor-investor di bidang tersebut. Mereka harus lebih berhati-hati dalam melakukan investasi dan memperhatikan tata kelola serta kinerja keuangan dari perusahaan startup yang mereka tuju. Penyesuaian strategi perusahaan dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan menjadi kunci utama dalam menghindari kejadian serupa di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved