Bos Asuransi Ditembak Mati Pakai AI Buat Tolak Klaim Sebanyak Mungkin
Tanggal: 9 Des 2024 10:54 wib.
Sebuah kontroversi besar melanda perusahaan asuransi United Healthcare (UHC) setahun sebelum CEO mereka, Brian Thompson, ditembak mati di depan hotel. Pada November 2023, pewaris dua orang pemilik premi asuransi UHC mengajukan gugatan terhadap perusahaan tersebut. Mereka menuduh UHC menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI) bernama nH Predict untuk menolak dan bahkan merevisi klaim asuransi yang sebelumnya telah disetujui oleh dokter. Algoritma ini memiliki tingkat kesalahan (error) yang tinggi, mencapai hingga 90 persen, yang menyebabkan klaim asuransi ditolak secara tidak adil.
Gugatan ini menimbulkan kemarahan publik atas praktik penolakan klaim asuransi yang dilakukan oleh UHC. Selain itu, muncul spekulasi bahwa motif pembunuhan CEO UHC mungkin terkait dengan kemarahan terhadap praktek asuransi perusahaan tersebut. Identitas pembunuh Thompson dan motifnya hingga saat ini masih menjadi misteri. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kata-kata "ditolak", "bertahan", dan "digulingkan" dituliskan di selongsong peluru yang digunakan untuk menembak bos asuransi tersebut.
Spekulasi atas kemungkinan hubungan pembunuhan dengan penolakan klaim asuransi semakin berkembang, terutama di kalangan netizen. Respons netizen terhadap pembunuhan ini di media sosial juga menunjukkan kemarahan publik terhadap perilaku perusahaan asuransi di Amerika Serikat.
Futurism mencoba mengonfirmasi penggunaan algoritma nH Predict kepada UHC, namun perusahaan tersebut menolak untuk memberikan pernyataan apapun terkait hal ini.
Kasus ini menjadi perhatian publik karena menggambarkan permasalahan serius dalam industri asuransi terkait penolakan klaim yang tidak adil. Dengan menggunakan teknologi AI, perusahaan-perusahaan asuransi dapat dengan mudah menolak klaim para pemegang polis mereka tanpa pertimbangan yang tepat. Hal ini menciptakan ketidakadilan bagi para pemegang polis dan dapat berujung pada konsekuensi serius, seperti dalam kasus pembunuhan CEO UHC.
Ketika sebuah perusahaan menggunakan teknologi AI untuk tujuan yang tidak etis, praktik seperti ini dapat merugikan banyak pihak. Hal ini menandakan perlunya pengawasan dan regulasi yang ketat terhadap penggunaan AI dalam industri asuransi. Selain itu, perlu adanya peningkatan kesadaran publik mengenai praktek-praktek kurang etis yang dapat merugikan konsumen asuransi.
Melalui kasus ini, kita dapat melihat betapa pentingnya peran regulasi dan pengawasan dalam industri asuransi, terutama terkait dengan penggunaan teknologi AI. Perusahaan-perusahaan asuransi harus memastikan bahwa teknologi yang mereka gunakan tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak etis. Selain itu, pemegang polis juga perlu waspada dan memastikan bahwa klaim mereka diperlakukan secara adil sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kasus tragis ini seharusnya menjadi momentum bagi industri asuransi untuk melakukan introspeksi dan memastikan bahwa praktek-praktek tidak etis seperti penolakan klaim yang tidak tepat tidak terulang kembali di masa depan. Konsumen asuransi juga perlu memperjuangkan hak-hak mereka agar tidak dirugikan oleh praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip asuransi yang seharusnya melindungi kepentingan para pemegangpolis.