Sumber foto: iStock

Bisnis Data Center Indonesia: Magnet Baru Investor Asing, Siap Saingi Tetangga

Tanggal: 9 Des 2024 20:04 wib.
Bisnis pusat data dalam negeri kini semakin menarik minat banyak investor asing. Indonesia Data Center Provider (IDPRO) mencatat peningkatan minat investor asing terhadap industri pusat data di Indonesia sebagai bukti nyata potensi ekonomi digital yang terus berkembang. Menurut pendapat Chairman IDPRO, Hendra Suryakusuma, hal ini menandakan bahwa Indonesia dengan lebih dari 200 juta pengguna internet aktif, merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara dan menjadi tujuan strategis bagi investasi pusat data global.

Laporan dari Reuters menunjukkan bahwa NeutraDC menjadi incaran dua nama investor terkenal, yaitu BDx Data Center dan Singtel. BDx sendiri merupakan perusahaan patungan dengan Lintasarta, sementara Singtel telah menjadi pemegang saham terbesar kedua di Telkomsel setelah Telkom. Kedua perusahaan ini tertarik untuk membeli saham NeutraDC, yang merupakan anak perusahaan Telkom, dan rencana penjualan tersebut diprediksi akan menaikkan valuasi perusahaan hingga lebih dari US$1 miliar.

Proses negosiasi penjualan masih berlangsung sejak Oktober. Telkom sendiri berencana menjual sekitar 20%-30% saham NeutraDC. "Fenomena ini menjadi peluang untuk memperkuat ekosistem digital, termasuk infrastruktur digital di Indonesia," kata Hendra.

IDPRO melihat peluang ini sebagai momentum untuk memperkuat infrastruktur digital nasional. Hal ini diyakini dapat meningkatkan daya saing Indonesia di ranah ekonomi digital, serta memastikan kedaulatan data di dalam negeri. Selain itu, kebijakan yang mendukung penyimpanan data lokal juga dapat menciptakan ekosistem investasi yang lebih kondusif.

Saat ini, aturan yang berlaku di Indonesia baru mewajibkan data publik dan data transaksi keuangan disimpan di dalam negeri. Namun, IDPRO melakukan kajian terhadap regulasi on-shoring data di sejumlah negara, seperti Vietnam, Malaysia, Australia, dan Uni Eropa, menunjukkan bahwa kebijakan tersebut dapat menciptakan ekosistem investasi yang lebih kondusif.

Di Vietnam, regulasi penyimpanan data lokal menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing, sementara Malaysia memberikan insentif fiskal yang menarik dan memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi yang sudah maju. Di Eropa, standar perlindungan data yang tinggi juga menjadi faktor yang menarik bagi investor.

Hendra menuturkan bahwa Indonesia dapat mengadopsi langkah serupa dengan menjamin kepastian regulasi dan hukum, serta memberikan insentif investasi. Dengan menciptakan ekosistem yang kondusif, Indonesia dapat menjadi lebih unggul dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam, yang saat ini menjadi kompetitor utama dalam menarik investasi pusat data.

Dari sisi teknis, pertumbuhan bisnis data center di Indonesia telah menarik banyak investor asing karena perkembangan pesat infrastruktur teknologi informasi di Tanah Air. Tidak hanya dalam hal jumlah pengguna internet yang terus meningkat, tetapi juga dalam hal ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten di bidang IT. Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia menjadi nilai tambah bagi investor asing yang berminat berinvestasi di bisnis pusat data lokal.

Sebagai negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki pangsa pasar yang sangat besar bagi bisnis data center. Faktor-faktor tersebut menjadikan RI semakin menarik bagi investor asing, khususnya dalam penanaman modal di sektor ekonomi digital.

Dengan menjaga kepastian regulasi dan hukum serta memberikan insentif investasi, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai magnet investasi bagi perusahaan data center asing. Dengan demikian, pertumbuhan industri pusat data di Indonesia dapat terus meningkat dan memberikan dampak positif bagi ekonomi negara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved