Sumber foto: iStock

Bisa Jadi Raja Bioteknologi Dunia? Ini Potensi Tersembunyi Indonesia yang Baru Terungkap!

Tanggal: 1 Jun 2025 10:37 wib.
Indonesia dinilai memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pemain utama dalam industri bioteknologi global. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat negeri ini memiliki kekayaan hayati atau megabiodiversity yang termasuk tertinggi di dunia. Potensi ini menjadi sorotan dalam webinar The 51st IPB Strategic Talks bertajuk “Inovasi Bioteknologi untuk Indonesia Maju: Harapan, Realita, dan Solusi” yang digelar oleh IPB University baru-baru ini.

Dalam forum ilmiah tersebut, Wakil Rektor bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim IPB University, Prof. Ernan Rustiadi, menyampaikan bahwa bioteknologi bisa menjadi pilar penting dalam memperkuat ketahanan nasional Indonesia di masa depan. Menurutnya, kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia merupakan sumber daya strategis yang dapat diolah menjadi beragam inovasi bioteknologi. Inovasi-inovasi ini diyakini dapat menjawab berbagai tantangan kompleks, seperti krisis pangan global, perubahan iklim, serta keterbatasan sumber daya alam.

“Indonesia sangat kaya akan sumber daya genetik yang beragam, baik dari flora maupun fauna. Ini adalah keunggulan yang bisa kita manfaatkan untuk pengembangan teknologi bioteknologi modern,” ujar Prof. Ernan dalam siaran resmi IPB University yang dipublikasikan pada Kamis (29 Mei 2025).

Sebagai bentuk konkret dari komitmen terhadap pengembangan bioteknologi, IPB University baru saja meluncurkan empat varietas padi unggulan terbaru: IPB 12S, 13S, 14S, dan 15S. Varietas-varietas ini dikembangkan untuk tahan terhadap perubahan iklim serta memiliki produktivitas yang tinggi. Terobosan ini menjadi langkah penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan regional di tengah ancaman iklim yang makin tidak menentu.

Tak hanya di sektor tanaman, IPB juga aktif melakukan inovasi bioteknologi di bidang peternakan. Salah satu pionir di bidang ini adalah Prof. Bambang Purwantara, Guru Besar dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University. Ia menjelaskan bahwa institusinya telah mengembangkan teknologi-teknologi reproduksi modern seperti inseminasi buatan, transfer embrio, serta produksi embrio secara in vitro. Teknologi-teknologi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas genetika dan produktivitas hewan ternak, seperti sapi, kambing, dan domba.

Lebih dari itu, IPB University juga terlibat aktif dalam konservasi satwa langka, khususnya Badak Sumatera yang saat ini sangat terancam punah. Dalam upaya pelestarian tersebut, IPB menggandeng berbagai mitra internasional, seperti Leipzig Zoo dan AZW Berlin. Kerja sama ini difokuskan pada pemanfaatan Assisted Reproductive Technology (ART) dan pembangunan biobank yang menyimpan material genetik untuk pelestarian spesies langka secara jangka panjang.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Sintho Wahyuning Ardie dari Fakultas Pertanian IPB menggarisbawahi pentingnya peran bioteknologi molekuler dalam mengembangkan tanaman serealia yang lebih tahan terhadap tekanan lingkungan. Ia menegaskan bahwa lebih dari 60% kebutuhan pangan dunia bergantung pada tanaman seperti padi, jagung, dan gandum. Oleh karena itu, menciptakan varietas tanaman yang mampu bertahan terhadap kondisi ekstrem seperti kekeringan dan serangan hama menjadi hal yang sangat krusial dalam menjaga ketersediaan pangan global.

“Tanaman serealia merupakan sumber energi utama bagi sebagian besar populasi dunia. Jika kita tidak berinovasi, maka ketahanan pangan akan sangat rentan terhadap gangguan iklim dan penyakit,” jelas Dr. Sintho.

Kekayaan hayati Indonesia sendiri mencakup lebih dari 30 ribu spesies tanaman, ribuan spesies hewan, dan mikroorganisme yang masih belum seluruhnya diteliti. Ini menjadikan Indonesia sebagai ladang emas bagi riset dan pengembangan bioteknologi. Namun, tantangan tetap ada, mulai dari keterbatasan dana riset, kebutuhan kolaborasi lintas sektor, hingga regulasi yang belum sepenuhnya mendukung percepatan inovasi.

Meski demikian, berbagai pakar meyakini bahwa dengan dukungan kebijakan pemerintah, investasi riset yang konsisten, serta sinergi antara akademisi dan industri, Indonesia bisa menjelma menjadi salah satu pusat kekuatan bioteknologi dunia. Tidak hanya untuk kepentingan ekonomi nasional, tetapi juga untuk kontribusi terhadap solusi global dalam bidang pangan, kesehatan, dan lingkungan.

Dalam konteks global yang semakin rentan terhadap krisis pangan dan bencana ekologis, pendekatan berbasis sains seperti bioteknologi menjadi sangat strategis. Indonesia yang kaya akan biodiversitas, memiliki peluang yang tidak dimiliki oleh banyak negara lain. Kunci utamanya adalah kemauan politik, investasi berkelanjutan, dan kolaborasi yang terbuka.

Dengan inovasi yang terus berkembang, bukan tidak mungkin Indonesia akan memainkan peran penting dalam peta industri bioteknologi internasional. Inilah saatnya untuk tidak hanya menjadi negara konsumen teknologi, tetapi juga pencipta inovasi kelas dunia yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat dan planet.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved