Sumber foto: iStock

Bapak AI Ungkap Ancaman AI bagi Masa Depan Manusia

Tanggal: 8 Jul 2024 20:06 wib.
Belakangan ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengalami perkembangan sangat pesat. Dikenal sebagai bapak AI, Geoffrey Hinton memperingatkan tentang bahaya pengembangan AI bagi masa depan manusia.

Keberadaannya semakin diperhitungkan sejak ChatGPT, chatbot ciptaan OpenAI, mulai banyak digunakan oleh masyarakat. Hal ini diikuti oleh upaya pengembangan AI dari perusahaan raksasa seperti Google dan Microsoft, yang turut berkontribusi dalam mengangkat popularitas teknologi AI.

Namun, Geoffrey Hinton menekankan pesan penting terkait bahaya pengembangan AI. Menurutnya, ancaman tersebut jauh lebih besar daripada sekadar prediksi bahwa robot akan menggantikan manusia di masa depan. Hinton menjelaskan bahwa salah satu risiko utama dari pengembangan AI adalah kemampuannya untuk membingungkan manusia antara kebenaran dan kebohongan.

Ia menjelaskan, "Masyarakat umum akan sulit membedakan apa yang benar dan yang tidak benar. Foto, video, dan teks yang dihasilkan oleh sistem generative AI membanjiri internet sebagai sumber informasi manusia saat ini." Hal ini menunjukkan bahwa AI dapat menjadi ancaman serius terhadap kapasitas manusia dalam memahami informasi yang benar.

Geoffrey Hinton juga menyatakan bahwa bahaya yang ada disebabkan oleh perlombaan antara perusahaan teknologi untuk menjadi yang terdepan dalam inovasi AI. Dalam tiap inovasi baru, risiko dan penanggulangannya seharusnya menjadi perhatian utama. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut sering kali hanya fokus pada tujuan menghadirkan AI secara cepat, yang didorong oleh obsesi untuk mendominasi pasar dan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Selain itu, Hinton juga menyampaikan keprihatinannya mengenai potensi AI yang bisa menjadi lebih pintar daripada manusia di masa depan. Dia menegaskan bahwa hal ini akan menjadi ancaman serius terhadap perkembangan manusia ke depan, terutama jika tidak ada regulasi dan pengawasan yang tepat terkait perkembangan AI.

"Dalam jangka waktu yang lebih cepat, AI bisa menjadi lebih cerdas daripada manusia. Banyak orang meyakini bahwa butuh waktu 30 hingga 50 tahun lagi untuk hal tersebut menjadi kenyataan. Saya sendiri dulunya juga percaya hal tersebut. Namun, sekarang pandangan saya telah berubah," ungkap Hinton.

Geoffrey Hinton yang dulunya bekerja di Google, termasuk dalam pengembangan produk AI perusahaan tersebut selama satu dekade, juga menegaskan bahwa kekhawatiran yang dia sampaikan tidak dimaksudkan sebagai kritik terhadap perusahaan tempatnya bekerja dahulu.

Menurutnya, alasan dia keluar dari Google adalah agar bisa lebih leluasa dalam menyuarakan kekhawatiran terkait bahaya AI tanpa terikat oleh dampak terhadap mantan perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa keprihatinan Hinton terkait bahaya AI berasal dari sudut pandang yang independen dan komprehensif.

Kritik terhadap pengembangan teknologi AI bukanlah hal yang mudah, terutama ketika banyak pihak terlibat dalam inovasi ini. Namun, peringatan dari tokoh seperti Geoffrey Hinton seharusnya menjadi perhatian serius bagi komunitas teknologi, pemerintah, dan masyarakat umum. Saat ini, regulasi dan pengawasan yang tepat perlu segera diimplementasikan untuk mengatasi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh perkembangan teknologi AI. Dalam konteks ini, diskusi mengenai etika dan tanggung jawab dalam penggunaan AI juga menjadi hal yang mendasar dan penting untuk diangkat.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved