Bank Konvensional Mulai Go Digital Transformasi Digital Ini Dampak Nya
Tanggal: 22 Jul 2024 11:49 wib.
Perkembangan teknologi yang pesat tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi dan bekerja, namun juga mempengaruhi sektor perbankan di Indonesia. Bank-bank konvensional mulai merasakan urgensi untuk bertransformasi menjadi bank digital guna menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat di masa depan.
Awalnya, bank-bank digital muncul dengan menawarkan layanan-layanan perbankan secara digital, termasuk proses pembukaan rekening yang dapat dilakukan secara online melalui aplikasi perbankan digital. Kehadiran bank-bank digital ini ternyata berhasil memikat para nasabah dengan beragam fasilitas dan layanan yang ditawarkan. Melihat respon yang positif dari masyarakat terhadap layanan-layanan digital ini, bank-bank konvensional pun turut mengadopsi sistem perbankan digital guna mempermudah transaksi para nasabah.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, transformasi perbankan konvensional ke arah layanan digital menjadi respons strategis terhadap perubahan perilaku konsumen dan kemajuan teknologi. Ia menyatakan bahwa konsumen kini lebih menginginkan layanan yang cepat, mudah, dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja, hal ini sesuai dengan perubahan kebiasaan masyarakat Indonesia yang semakin mengarah pada transaksi tanpa menggunakan uang tunai.
Dian juga menekankan bahwa layanan digital menawarkan kenyamanan, kecepatan, dan aksesibilitas yang lebih baik bagi nasabah, sehingga memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para pelanggan. Selain itu, bank konvensional juga akan mendapatkan manfaat berupa jangkauan pasar yang lebih luas dengan adopsi platform digital ini. Layanan digital memungkinkan bank untuk menjangkau nasabah di berbagai lokasi, terutama generasi muda yang akrab dengan penggunaan smartphone dan internet serta nasabah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan konvensional.
Tidak hanya itu, bank juga dapat memanfaatkan data yang terkumpul melalui layanan digital untuk memahami lebih jauh kebutuhan nasabah dan menawarkan produk serta layanan yang lebih personal. Dian menyarankan bahwa layanan digital juga memungkinkan bank untuk lebih cepat dalam meluncurkan produk-produk baru yang inovatif.
Seiring dengan berkembangnya layanan digital, jumlah ATM dan kantor cabang bank mulai mengalami penurunan. Menurut data dari OJK, jumlah kantor cabang bank pada April 2024 mencapai 12.377 unit, mengalami penurunan sebanyak 405 unit dari tahun sebelumnya. Data tersebut menunjukkan tren penurunan jumlah kantor cabang yang terus berlanjut dari bulan ke bulan.
Dian menyatakan bahwa penurunan jumlah ATM dan kantor cabang merupakan hal yang wajar seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang semakin cenderung untuk melakukan transaksi secara digital. Bank-bank kini lebih fokus untuk mengoptimalkan jaringan fisik mereka dengan mengurangi titik layanan yang kurang efisien dan beralih untuk menginvestasikan lebih banyak sumber daya pada pengembangan platform digital.
Namun demikian, industri perbankan juga tetap berkomitmen untuk menyediakan akses layanan yang memadai bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil serta nasabah-nasabah yang belum sepenuhnya terbiasa dengan layanan digital. Digitalisasi perbankan dianggap sebagai hal yang tidak dapat dihindari, dan bank akan terlambat dalam memberikan layanan apabila tidak ikut serta dalam transformasi ke arah digital.
Kehadiran layanan digital juga membawa manfaat bagi bank dalam hal efisiensi bisnis dan dapat menjangkau nasabah lebih luas tanpa harus mendirikan kantor cabang baru. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui anak usahanya, PT BCA Digital, telah menghadirkan bank digital bernama Blu by BCA guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan perbankan digital.
Hera F. Haryn, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, menyatakan bahwa investasi yang dilakukan oleh BCA bertujuan untuk memberikan layanan berkualitas bagi berbagai jenis segmen dan kebutuhan nasabah. Saat ini, hampir seluruh transaksi BCA, sekitar 99,7% dari total frekuensi transaksi, telah dilakukan secara digital.
Meskipun frekuensi transaksi melalui saluran digital terus meningkat, nilai transaksi di kantor cabang masih memberikan kontribusi sekitar 32% dari total nilai transaksi BCA pada kuartal pertama tahun 2024. Hera menilai bahwa meskipun keberadaan kantor cabang masih memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, tidak semua transaksi dapat sepenuhnya digantikan dengan layanan digital.
BNI, melalui PT Bank Hibank Indonesia sebagai anak usahanya, juga menerapkan strategi bank digital dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan nasabah. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, mengatakan bahwa kebutuhan nasabah saat ini sudah beralih ke arah layanan digital. Hal ini membuktikan bahwa layanan digital memang mampu memudahkan transaksi nasabah dan berdampak pada kinerja bisnis bank.