Bakteri Ajaib di Luar Angkasa: Bisa Sembuhkan Diri Sendiri dan Makan Gelatin, Ancaman atau Harapan Baru?
Tanggal: 27 Mei 2025 22:29 wib.
Tampang.com | Penemuan menggemparkan datang dari Stasiun Luar Angkasa milik China, Tiangong, di mana para ilmuwan berhasil mengidentifikasi keberadaan bakteri misterius yang sebelumnya belum pernah dikenal di Bumi. Bakteri tersebut diduga berasal dari planet kita, namun mengalami perubahan signifikan hingga menjadi spesies baru yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrem di luar angkasa.
Penemuan ini diumumkan oleh tim ilmuwan dari Shenzhou Space Biotechnology Group bersama Beijing Institute of Spacecraft System Engineering, dan dipublikasikan secara resmi melalui jurnal ilmiah ternama International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology.
Yang membuat temuan ini menarik adalah kemampuan unik bakteri tersebut untuk berevolusi dan beradaptasi secara luar biasa. Dalam kondisi luar angkasa yang penuh tekanan, seperti stres oksidatif dan paparan radiasi tinggi, bakteri ini tidak hanya mampu bertahan hidup, tetapi juga dapat menyembuhkan dirinya sendiri dari kerusakan yang diakibatkan oleh lingkungan ekstrem tersebut.
Bakteri Canggih: Gunakan Gelatin untuk Bertahan
Dalam penelitian lebih lanjut yang dikutip dari Science Alert, bakteri ini mampu memanfaatkan gelatin sebagai sumber nitrogen dan karbon, dua elemen penting bagi kehidupan mikroba. Tidak hanya digunakan sebagai nutrisi, kedua elemen ini juga berperan sebagai pelindung alami terhadap bahaya lingkungan seperti radiasi dan tekanan oksidatif.
Dengan adaptasi biologis semacam ini, bakteri tersebut memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam memperkuat sistem pertahanannya, membuka peluang besar bagi dunia bioteknologi dan penelitian antariksa jangka panjang.
Nama Baru: Niallia tiangongensis
Bakteri baru ini diberi nama Niallia tiangongensis, merujuk pada lokasi penemuannya yakni Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Meski terdengar asing, bakteri ini masih memiliki hubungan genetik dengan spesies bernama Niallia circulans, yang umum ditemukan di tanah maupun saluran pembuangan di Bumi.
Namun, berbeda dari kerabatnya, Niallia tiangongensis tidak bersifat patogen atau menimbulkan penyakit. Para peneliti menyebutkan bahwa bakteri ini tidak membawa ancaman bagi kru astronaut yang berada di Tiangong. Hal ini tentu menjadi kabar baik di tengah kekhawatiran akan potensi ancaman biologis dari organisme yang hidup di luar Bumi.
Sebaliknya, Niallia circulans, yang masih satu keluarga, diketahui bisa menyebabkan sepsis pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Maka dari itu, identifikasi spesifik terhadap karakteristik dan perbedaan antar spesies menjadi sangat penting dalam memahami potensi ancaman maupun manfaatnya.
Dampak Terhadap Misi Antariksa Jangka Panjang
Menurut pernyataan tim ilmuwan, pemahaman mendalam terhadap mikroba semacam ini sangat krusial, terutama dalam konteks misi luar angkasa jangka panjang. Mikroorganisme yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrem berpotensi memengaruhi kesehatan astronaut serta integritas sistem dalam pesawat luar angkasa.
"Mengetahui perilaku dan karakteristik mikroorganisme selama misi luar angkasa sangat penting untuk menjaga kesehatan awak dan memastikan sistem pesawat bekerja optimal," ungkap para peneliti dalam laporannya.
Dengan kata lain, studi semacam ini tak hanya penting untuk pencegahan risiko kesehatan, tapi juga mendukung pengembangan teknologi antariksa yang lebih aman dan berkelanjutan.
Bukan Penemuan Pertama: NASA Pernah Temukan Bakteri Mirip
Menariknya, temuan ini bukan yang pertama dalam dunia antariksa. Sebelumnya, badan antariksa Amerika Serikat (NASA) juga pernah melaporkan penemuan bakteri jenis baru di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Bakteri tersebut dikenal sebagai Enterobacter bugandensis, yang memiliki keunggulan berupa resistensi terhadap antibiotik dan kemampuan untuk bermutasi agar bisa bertahan di kondisi ekstrem luar angkasa.
Penemuan NASA tersebut telah menimbulkan banyak diskusi di kalangan ilmuwan, karena berpotensi menunjukkan bahwa lingkungan luar angkasa dapat menjadi tempat evolusi mikroba yang tak terduga. Hal yang sama kini kembali dibuktikan oleh ilmuwan China lewat penemuan Niallia tiangongensis.
Apa Implikasinya untuk Masa Depan?
Munculnya mikroorganisme baru yang berkembang di luar Bumi bukan hanya fenomena menarik dari sisi ilmiah, tapi juga bisa membuka peluang dalam bidang bioteknologi, medis, dan bahkan rekayasa lingkungan.
Bayangkan jika kemampuan bakteri untuk menyembuhkan diri dari kerusakan radiasi dapat diteliti lebih lanjut dan diterapkan dalam pengobatan manusia atau teknologi pelindung luar angkasa. Atau, bagaimana jika gelatin yang dimanfaatkan bakteri bisa menjadi inspirasi pengembangan sumber nutrisi alternatif di lingkungan ekstrim, seperti koloni manusia di Mars?
Namun tentu saja, semua peluang ini harus tetap diimbangi dengan pengawasan ketat terhadap potensi ancaman biologis yang mungkin ditimbulkan oleh mikroorganisme hasil evolusi di luar angkasa.