Sumber foto: iStock

Bagaimana AI Bisa Mengurangi 120 Jam Kerja Setahun dan Mendorong Ekonomi? Ini Temuan Mengejutkan Google!

Tanggal: 27 Apr 2025 11:11 wib.
Tampang.com | Dalam perkembangan teknologi terbaru, Google mengungkapkan bahwa penerapan kecerdasan buatan (AI) di bidang administrasi dapat memangkas waktu kerja hingga 120 jam dalam satu tahun. Pernyataan ini didasarkan pada hasil proyek percontohan yang mereka jalankan di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara.

Melalui studi ini, Google menemukan bahwa perusahaan hanya perlu memberikan izin penggunaan AI kepada karyawannya, disertai dengan pelatihan singkat beberapa jam, untuk mulai melihat dampak positifnya. Dengan langkah sederhana tersebut, tidak hanya efisiensi kerja yang meningkat, namun juga potensi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa besar.

Menurut perhitungan Google, pemanfaatan AI secara masif dapat memberikan tambahan sebesar US$ 533 miliar (sekitar Rp8.600 triliun) ke dalam perekonomian Inggris. Ini menjadi sinyal kuat bahwa adopsi teknologi AI bukan hanya tentang meningkatkan produktivitas individu, tetapi juga mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Ketimpangan Adopsi AI di Dunia Kerja
Meskipun manfaat AI semakin nyata, adopsinya di tempat kerja masih belum merata. Berdasarkan analisis dari Public First, dua dari tiga pekerja di Inggris belum pernah menggunakan AI generatif dalam pekerjaan mereka. Yang menarik, sebagian besar dari mereka yang belum tersentuh AI adalah perempuan berusia lebih tua dan berasal dari latar belakang sosial-ekonomi rendah.

Data ini menunjukkan adanya kesenjangan akses dan penerimaan terhadap teknologi baru, yang bila tidak ditangani, bisa memperbesar ketimpangan digital di dunia kerja. Untuk itu, upaya pelatihan dan edukasi menjadi langkah penting yang harus diperkuat.

Proyek AI Works: Upaya Google Mempercepat Transformasi Digital
Untuk mengatasi tantangan ini, Google meluncurkan proyek percontohan bernama AI Works. Proyek ini menggandeng jaringan Usaha Kecil Menengah (UKM), serikat pekerja, dan lembaga pendidikan. Tujuannya sederhana namun berdampak besar: membekali pekerja dengan keahlian dasar menggunakan AI dalam tugas-tugas administrasi.

Hasilnya cukup mengejutkan. Setelah mengikuti pelatihan singkat, rata-rata pekerja mampu menghemat 120 jam kerja administratif per tahun. Ini berarti sekitar 2,5 jam per minggu—waktu yang dapat digunakan untuk fokus pada tugas-tugas strategis yang lebih kreatif dan berdampak.

Ketakutan Kehilangan Pekerjaan vs Kenyataan di Lapangan
Meski begitu, tidak dapat dipungkiri masih ada kekhawatiran di kalangan pekerja bahwa adopsi AI dapat mengancam mata pencaharian mereka. Namun, Presiden Google untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, Debbie Weinstein, menegaskan bahwa hasil proyek justru membantah kekhawatiran tersebut.

Menurut Weinstein, yang paling dibutuhkan pekerja adalah "izin untuk mencoba". Banyak dari mereka hanya butuh kejelasan bahwa penggunaan AI diizinkan dan didukung oleh perusahaan. Setelah mendapatkan lampu hijau dan pelatihan dasar, kepercayaan diri para pekerja melonjak, dan penggunaan AI pun meningkat signifikan.

Bahkan, beberapa bulan setelah pelatihan, sebagian besar peserta masih secara aktif menggunakan AI untuk membantu tugas-tugas mereka, membuktikan bahwa keterampilan ini benar-benar terinternalisasi dalam rutinitas kerja.

Mengurangi Kesenjangan Digital di Tempat Kerja
Salah satu hasil yang paling menggembirakan dari proyek ini adalah berkurangnya kesenjangan adopsi AI antara kelompok demografis yang berbeda. Sebelum pelatihan, hanya 17 persen perempuan berusia di atas 55 tahun yang menggunakan AI setiap minggu, dan hanya 9 persen yang menggunakan AI setiap hari.

Namun, setelah mengikuti pelatihan, angka tersebut melonjak tajam menjadi 56 persen penggunaan mingguan dan 29 persen penggunaan harian. Ini menunjukkan bahwa pelatihan sederhana dapat membuat perbedaan besar dalam pemberdayaan pekerja dari berbagai latar belakang.

Kesimpulan: Masa Depan Kerja yang Lebih Cerdas
Temuan dari proyek percontohan ini menegaskan bahwa adopsi AI tidak hanya membuat pekerjaan administratif lebih efisien, tetapi juga bisa menjadi kekuatan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Yang terpenting, tantangan adopsi AI dapat diatasi dengan pendekatan yang sederhana namun efektif: memberikan izin, menawarkan pelatihan singkat, dan membangun kepercayaan diri pekerja.

Dengan strategi ini, perusahaan tidak hanya meningkatkan produktivitas internal, tetapi juga memperkuat daya saing di tengah persaingan global yang semakin ketat. Ini saatnya memandang AI bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai mitra kerja masa depan yang membawa perubahan positif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved