Sumber foto: iStock

Badai Matahari 2025: Ancaman atau Fenomena Alam yang Wajar?

Tanggal: 3 Jan 2025 15:05 wib.
Tampang.com | Badai matahari sering kali menjadi fenomena alam yang menarik perhatian banyak orang. Tidak hanya berpengaruh terhadap aktivitas di luar angkasa, tetapi juga dapat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kehidupan manusia di bumi.

Menurut Data Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat (AS), peringatan Badai Geomagnetik G3 atau Badai Matahari telah dikeluarkan menyusul ejeksi massa koronal pada akhir tahun 2024.

Badai matahari ini diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2025, memberikan kesempatan bagi masyarakat di sebagian negara bagian AS untuk menyaksikan Cahaya Utara di langit.

Puncak siklus matahari yang dilaporkan oleh NASA terjadi pada Oktober 2024, dimana kegiatan matahari mencapai aktivitas tertinggi, termasuk badai dan jilatan matahari. Namun demikian, cuaca buruk seperti hujan dan awan di malam Tahun Baru diperkirakan akan mengurangi peluang untuk menyaksikan fenomena tersebut.

Meskipun badai matahari merupakan fenomena yang alami dan terjadi secara periodik, namun masih menjadi perbincangan hangat di media sosial yang diduga dapat menyebabkan gangguan besar, seperti internet mati total dan listrik padam berbulan-bulan.

Melalui siklus 10-11 tahunan, fenomena badai matahari diprediksi akan kembali terjadi pada tahun 2025. Fenomena ini memang dapat menimbulkan gangguan sementara akibat gelombang kejut akibat angin matahari dan/atau awan medan magnet yang berinteraksi dengan medan magnet Bumi.

Siklus aktivitas matahari yang berlangsung sekitar 11 tahun sekali, saat ini diprediksi akan mencapai fase puncaknya, atau yang dikenal sebagai Solar Maximum, pada Juli 2025.

Sangat penting untuk memahami ciri-ciri dari badai matahari yang diperkirakan akan terjadi kembali tahun 2025. Salah satunya adalah peningkatan bintik matahari yang menandakan aktivitas magnetik intens. Jumlah bintik matahari ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan puncak siklus matahari.

Selain itu, ledakan energi yang kuat dari permukaan matahari, yang dikenal sebagai suar matahari (solar flares) dapat memancarkan radiasi elektromagnetik dalam jumlah besar, mempengaruhi lapisan ionosfer dan mengganggu komunikasi radio.

Hal ini juga dapat disertai dengan pelepasan plasma dan medan magnet dari korona matahari ke angkasa, yang jika mengarah ke Bumi, dapat menyebabkan badai geomagnetik yang memengaruhi medan magnet bumi.

Dampak dari badai matahari terhadap bumi juga tidak dapat diabaikan. Gangguan pada sistem komunikasi dan navigasi menjadi salah satu dampak yang sering terjadi akibat badai matahari.

Radiasi dari suar matahari dapat mengionisasi lapisan ionosfer Bumi, menyebabkan gangguan pada sinyal radio, frekuensi tinggi, dan navigasi berbasis satelit seperti GPS.

Selain itu, partikel energi tinggi dari pelepasan plasma dan medan magnet dapat merusak komponen elektronik satelit, mengurangi umur operasional, bahkan menyebabkan kegagalan total.

BMKG mengklasifikasikan skala kekuatan badai geomagnetic menjadi 5 jenis, yaitu G1 hingga G5, dengan setiap tingkat memberikan dampak yang berbeda pada sistem listrik, sistem satelit, dan navigasi.

Selain itu, reaksi partikel matahari dengan medan magnet bumi juga dapat menghasilkan aurora atau cahaya utara/selatan yang terlihat di wilayah dekat kutub, yang menjadi fenomena tersendiri selama badai matahari yang kuat.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved