Sumber foto: iStock

Awas Boeing Bisa Bangkrut, Karyawan Pabrik Mau Mogok Massal

Tanggal: 18 Jul 2024 21:06 wib.
Serikat pekerja pabrik Boeing di Negara Bagian Washington, Amerika Serikat (AS), telah menyetujui untuk melakukan pemogokan kerja setelah pengumuman hasil voting pada Rabu lalu. Sekitar 30.000 pekerja yang terlibat dalam pembuatan Boeing 737 MAX dan pesawat jet lainnya, berkumpul di T-Mobile Park Seattle dan sekitar 99% dari mereka setuju untuk melakukan mogok kerja. Kesepakatan ini merupakan respons atas tuntutan mereka akan kenaikan gaji sebesar 40% dalam kurun waktu 16 tahun. Keputusan ini memperberat kondisi Boeing yang sedang mengalami serangkaian skandal dan kerusakan, sehingga menyebabkan saingan mereka, Airbus, unggul dari segi pemesanan.

Presiden Asosiasi Internasional Ahli Mesin dan Pekerja Dirgantara (IAM), Jon Holden, yang mewakili karyawan Boeing, menyatakan kekhawatiran serius terhadap kondisi perusahaan saat ini. Ia mengungkapkan, "Pekerjaan kita, warisan kita, dan reputasi kita sedang dipertaruhkan saat ini. Keputusan buruk yang dibuat di tingkat eksekutif Boeing membahayakan mata pencaharian kami."

Selain tuntutan kenaikan gaji, para pekerja juga menyoroti tantangan keuangan dan produksi yang dihadapi oleh perusahaan, namun hal ini tidak membuat mereka mundur dari perundingan. Dalam konteks ini, serikat pekerja Boeing sepakat untuk mengambil tindakan mogok kerja sebagai pesan yang kuat kepada manajemen perusahaan.

Boeing saat ini memiliki lebih dari 66.000 karyawan yang tinggal dan bekerja di negara bagian Washington. Salah satu pabrik Boeing di sana, yaitu Everett Paine Field, memiliki kompleks bangunan dengan atap terbesar di dunia seluas 39,8 hektar. Pabrik ini memproduksi produk 737 MAX, 777, dan 787.

Namun, perusahaan ini tengah berurusan dengan berbagai masalah yang merugikan. Boeing baru-baru ini diakui bersalah atas "konspirasi penipuan kriminal" terkait kecelakaan 737 MAX pada tahun 2018 dan 2019 yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 346 orang. Akibatnya, perusahaan diwajibkan untuk menginvestasikan minimal US$ 455 juta (Rp 7,4 triliun) dalam tiga tahun ke depan guna memperkuat program keselamatan dan kepatuhan.

Tak hanya itu, serangkaian insiden lain kerap menghantui perusahaan ini. Beberapa bulan lalu, pesawat Boeing 737 MAX milik Alaska Airlines mengalami ledakan pada pintu pesawat saat terbang di atas Oregon. Kemudian, insiden yang mengakibatkan Boeing 737 MAX milik Korean Air terjun dari ketinggian 26.900 kaki (7,6 km) hanya dalam waktu 15 menit juga menimbulkan kerugian, di mana 17 penumpang harus dirawat di rumah sakit.

Selain itu, pesawat berbadan lebar Boeing 787 juga mengalami insiden serupa. Sebagai contoh, armada 787-9 milik maskapai Chili, LATAM, mengalami kejadian terjun bebas dalam penerbangan dari Sydney, Australia, menuju Auckland, Selandia Baru. Kejadian tersebut menyebabkan 50 penumpang luka-luka.

Sebagai catatan penting, pada Mei lalu, sebuah Boeing 777-300ER milik Singapore Airlines mengalami terjun bebas setelah mengalami turbulensi hebat di Laut Andaman saat menerbangi rute London Heathrow-Singapura di bawah kode penerbangan SQ 321. Insiden ini menewaskan satu orang dan menyebabkan belasan penumpang lain harus dirawat intensif.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved