Asia Tenggara Dibanjiri Investasi Data Center: Thailand Jadi Magnet Baru AI
Tanggal: 19 Mar 2025 21:46 wib.
Investasi asing saat ini tengah mengalir deras ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara, terutama dalam upaya membangun pusat data yang penting untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Keberadaan dan perkembangan teknologi AI semakin menuntut infrastruktur yang handal, dan penyedia layanan di kawasan ini semakin sadar akan kebutuhan tersebut. Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand menjadi tujuan favorit para investor asing yang berambisi untuk meraih keuntungan dari booming teknologi ini.
Salah satu negara yang terlihat aktif dalam menarik investasi adalah Thailand. Baru-baru ini, pemerintah Thailand telah menyetujui investasi yang mencapai 90,9 miliar baht, yang setara dengan Rp44,2 triliun, untuk pembangunan data center dan layanan cloud. Pengumuman ini disampaikan oleh dewan investasi Thailand pada tanggal 17 Maret 2023, dan dilaporkan oleh Reuters. Investasi yang mengalir ke Thailand mencakup proyek dari beberapa perusahaan, termasuk Beijing Haoyang Cloud & Data Technology dari China, Empyrion Digital dari Singapura, serta GSA Data Center 02 yang berasal dari Thailand sendiri.
Rencana Beijing Haoyang di Thailand mencakup pembangunan data center dengan kapasitas daya 300 megawatt (MW) yang diperkirakan bernilai 72,7 miliar baht atau sekitar Rp35,4 triliun. Selain itu, perusahaan lokal GSA Data Center 02 juga mengusulkan investasi sebesar 13,5 miliar baht (Rp6,5 triliun) untuk membangun data center berkapasitas 35 MW. Proyek-proyek ini menunjukkan betapa seriusnya negara-negara di Asia Tenggara dalam membangun infrastruktur pendukung bagi teknologi AI.
Popularitas teknologi AI yang memuncak dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong banyak perusahaan untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur yang mendukung kebutuhan pemrosesan dan penyimpanan data besar. Data center dibutuhkan untuk menampung server komputer dan peralatan yang diperlukan bagi perusahaan dalam mengelola data secara efisien. Dengan semakin berkembangnya penggunaan AI, kebutuhan akan kapasitas pemrosesan yang besar diperkirakan akan terus meningkat.
Menariknya, pada Januari 2023, perusahaan TikTok yang merupakan anak perusahaan dari ByteDance juga mengumumkan rencana investasi di Thailand, yang saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara. Investasi tersebut diperkirakan mencapai angka yang fantastis, yakni 126,8 miliar baht (Rp61,8 triliun) yang ditujukan untuk layanan hosting data.
Tren investasi tidak hanya berhenti di situ. Tahun lalu, Google, anak perusahaan dari Alphabet, juga mengumumkan investasi besar-besaran senilai USD 1 miliar di Thailand. Hal ini diikuti oleh Amazon Web Services yang mengumumkan investasi senilai USD 5 miliar untuk periode 15 tahun ke depan. Selain itu, Microsoft juga berencana untuk membuka data center regional pertama di Thailand, menunjukkan bahwa investasi asing dalam sektor teknologi ini terus meningkat.
Pemerintah Thailand berusaha menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dan kompetitif melalui berbagai kebijakan dan insentif. Kebijakan yang mendukung pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi membuat Thailand semakin diminati oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri yang ingin berinvestasi dalam proyek-proyek data center.
Dalam konteks regional, Asia Tenggara memang menjadi perhatian banyak investor global, khususnya dalam sektor teknologi. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat, populasi muda yang terus berkembang, serta peningkatan digitalisasi di berbagai sektor industri. Negara-negara di kawasan ini berlomba-lomba untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur teknologinya agar dapat bersaing dengan negara-negara lain di seluruh dunia.
Menarik untuk dicatat bahwa pertumbuhan ini tidak hanya diukur dari jumlah investasi yang diterima, tetapi juga dari dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan. Pembangunan data center dan infrastruktur teknologi lainnya diyakini akan menciptakan lapangan kerja baru, mendorong inovasi lokal, serta memperkuat ekosistem teknologi yang lebih besar. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan semangat kolaborasi antara sektor publik dan swasta, prospek pertumbuhan untuk sektor teknologi di Asia Tenggara sangatlah cerah.
Selain itu, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, banyak perusahaan kini mulai mempertimbangkan untuk mengimplementasikan praktik ramah lingkungan dalam pembangunan data center. Misalnya, perusahaan-perusahaan tersebut mungkin akan mengeksplorasi penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin untuk mendukung operasional data center mereka. Pendekatan ini tidak hanya cocok dengan tren global menuju keberlanjutan, tetapi juga dapat memberikan keunggulan kompetitif di mata konsumen yang semakin peduli dengan isu-isu lingkungan.
Dengan semakin banyaknya sejarah investasi asing yang mengalir ke Asia Tenggara, khususnya Thailand, negara-negara tetangga juga harus bersiap untuk bersaing dalam menarik investasi serupa. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan potensi besar di kawasan ini, perlu memperhatikan perkembangan ini dan mengambil langkah strategis untuk menarik investasi asing dalam pembangunan infrastruktur data center yang dapat mendukung pengembangan teknologi AI dan digitalisasi.
Pengalaman negara-negara yang berhasil menarik investasi dalam sektor teknologi dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain di kawasan ini. Dengan memahami strategi dan kebijakan yang diterapkan, negara-negara lain dapat menyesuaikan pendekatan mereka untuk menarik lebih banyak aliran investasi yang akan mendukung pertumbuhan teknologi dan ekonomi mereka masing-masing.