Sumber foto: iStock

Apple TV+ Rugi Triliunan! Gagal Bersaing dengan Netflix & Amazon?

Tanggal: 23 Mar 2025 15:47 wib.
Tampang.com | Sejak peluncurannya pada tahun 2019, layanan streaming Apple TV+ mencatat kinerja yang sangat mengecewakan. Layanan ini tidak hanya gagal menarik perhatian penonton, tetapi juga harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka merugi hampir Rp 16,5 triliun setiap tahunnya, sebuah angka yang cukup mencengangkan bagi raksasa teknologi seperti Apple.

Salah satu dari sekian banyak proyek ambisius yang dijalankan oleh Apple TV+ adalah film berjudul "Argylle." Dengan biaya produksi yang diperkirakan mencapai US$200 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun, film ini dibintangi oleh aktor terkenal seperti Henry Cavill, Bryce Dallas Howard, dan penyanyi Dua Lipa yang sedang naik daun. Meskipun didukung oleh bintang-bintang besar, "Argylle" mengalami nasib buruk saat dirilis. Film ini hanya mendapatkan skor sebesar 5,6 dari 10 di situs IMDb, menandakan kurangnya respons positif dari penonton dan kritikus.

PhoneArena menyebut "Argylle" sebagai satu-satunya konten yang benar-benar merugikan yang dihasilkan oleh Apple. Hal ini menjadi catatan yang cukup memalukan bagi raksasa teknologi yang dikenal dengan produk-produk inovatifnya. Dalam industri yang sangat kompetitif seperti streaming, kualitas konten menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan, dan di sinilah Apple TV+ tampak terperosok jauh di belakang para pesaingnya.

Selama lima tahun terakhir, Apple TV+ diketahui terus mengalami kerugian. Dalam rentang waktu tersebut, rata-rata kerugian yang diderita mencapai lebih dari US$1 miliar setiap tahunnya, atau setara dengan Rp 16,5 triliun. Angka ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh Apple dalam merebut hati konsumen di pasar yang dikuasai oleh goliat-goliat streaming lainnya.

Secara keseluruhan, jumlah pelanggan Apple TV+ juga tidak terlalu menggembirakan. Laporan menunjukkan bahwa hanya kurang dari 1% dari total penonton streaming di Amerika Serikat yang menggunakan layanan ini. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan Netflix, yang memiliki pangsa pasar sebesar 8,2%, dan Amazon Prime Video yang mencapai 3,5%. Keterbatasan pangsa pasar ini menunjukkan bahwa Apple belum berhasil menghadirkan konten yang memberi nilai lebih bagi pelanggannya.

Berita buruk tidak hanya datang dari luar perusahaan. Di dalam organisasi juga terdapat gejolak yang signifikan. Mantan Kepala Apple TV+, Peter Stern, mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Ia melaporkan bahwa alasan di balik keputusannya adalah adanya kontrol yang ketat atas konten dan strategi pemasaran yang dirasa sangat membatasi inovasi dan kreativitas. Hal ini tentu menggambarkan suasana kerja yang kurang mendukung bagi mereka yang bertugas untuk mengembangkan layanan ini.

Setelah kepergian Stern pada tahun 2023, Oliver Schusser ditunjuk untuk memimpin Apple TV+. Schusser yang sebelumnya berfokus pada Apple Music diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam manajemen dan strategi konten Apple TV+. Namun, tantangan besar masih menghadang, mengingat reputasi yang sudah terlanjur tercoreng dan kerugian yang terus membengkak.

Di tengah persaingan ketat dengan platform lain, Apple TV+ juga harus berpegang pada tren pasar dan kebutuhan audiens yang terus berubah. Bagaimana strategi konten yang inovatif dapat diimplementasikan menjadi kunci untuk menarik minat penonton yang lebih luas. Di sisi lain, Apple juga perlu membuat keputusan yang lebih cerdas dalam mengalokasikan anggaran untuk produksi film dan serial agar tidak terjebak dalam pola pengeluaran yang merugikan.

Tentu, kesuksesan di dunia streaming tidak hanya bergantung pada bintang-bintang terkenal. Konten yang berkualitas, yang mampu merangkul audiens dengan cara yang unik, tetap menjadi kunci utama. Apple TV+ dihadapkan pada tantangan besar dalam mengejar ketertinggalan dari platform lainnya. Bukan tidak mungkin, jika tidak ada perubahan signifikan dalam pendekatan mereka, layanan ini dapat terus mengalami penurunan performa yang lebih parah ke depannya.

Sementara itu, pasar streaming global terus berkembang dengan pesat. Konsep-kontes kreatif dari berbagai negara telah berhasil merebut perhatian penonton, menjadikan Apple TV+ harus berinovasi dalam menciptakan konten yang tidak hanya sekadar mengandalkan nama besar. Dengan pelajaran dari kegagalan seperti "Argylle," Apple harus mulai berpikir secara strategis tentang ke mana arah yang ingin mereka tuju dalam industri yang sedang bertumbuh ini.

Dengan perubahan kepemimpinan dan harapan baru yang dibawa oleh Oliver Schusser, Apple TV+ mungkin masih mempunyai peluang untuk memperbaiki reputasi dan kinerja mereka di pasar. Namun, keberhasilan ini tergantung pada seberapa baik mereka bisa merespons tantangan dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk berinovasi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved