Apple Tersungkur, Microsoft Naik Tahta: Apa yang Sebenarnya Sedang Terjadi?
Tanggal: 10 Apr 2025 20:15 wib.
Dunia teknologi kembali diguncang oleh perubahan besar dalam peta persaingan raksasa industri global. Apple, perusahaan yang selama ini dikenal sebagai pemilik nilai pasar terbesar di dunia, resmi tergeser oleh Microsoft. Penyebabnya bukan hanya faktor internal, tetapi juga dipicu oleh gejolak kebijakan perdagangan yang diluncurkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Trump terhadap banyak negara, terutama China, menjadi pukulan telak bagi Apple. Padahal, perusahaan berlogo buah apel tersebut sangat bergantung pada China—baik dari segi produksi komponen hingga proses perakitan iPhone.
Apple Terpukul Tarif Impor, Saham Anjlok Drastis
Langkah Trump menetapkan tarif terhadap impor dari negara-negara seperti China membuat biaya produksi Apple melonjak tajam. Sebagian besar komponen iPhone berasal dari China, dan negara itu juga merupakan pusat utama perakitan perangkat Apple.
Akibat kebijakan ini, saham Apple mengalami kejatuhan besar-besaran selama empat hari berturut-turut. Berdasarkan laporan CNBC International per 9 April 2025, harga saham Apple merosot hingga 23%, membuat kapitalisasi pasarnya turun ke angka US$2,59 triliun. Sementara itu, Microsoft yang relatif lebih aman dari tekanan tarif, justru naik ke posisi puncak dengan kapitalisasi pasar mencapai US$2,64 triliun.
Microsoft Bertahan, Apple Terjepit Persaingan dan Tarif
Dominasi Apple tak hanya terancam oleh kebijakan perdagangan, tetapi juga oleh kompetisi yang semakin ketat dari produsen smartphone asal China. Sepanjang tahun 2024, pengapalan iPhone turun 12,6% dibandingkan tahun sebelumnya (YoY). Konsumen mulai melirik alternatif dari brand-brand China yang menawarkan spesifikasi canggih dengan harga lebih bersaing.
Analis dari UBS memprediksi bahwa harga iPhone 16 Pro Max bisa mengalami kenaikan hingga US$350 atau sekitar Rp6 juta, jika tarif dan tekanan biaya produksi terus berlanjut. Ini bisa berdampak pada minat beli konsumen, terutama di pasar negara berkembang yang sensitif terhadap harga.
Microsoft: Tahan Banting di Tengah Badai Ekonomi
Berbeda dengan Apple, Microsoft tampil lebih tangguh dalam menghadapi dinamika global. Meski sempat memberikan proyeksi pendapatan yang mengecewakan pada awal 2024, perusahaan perangkat lunak ini tetap mendapat penilaian positif dari banyak analis.
Menurut laporan Jefferies, Microsoft termasuk ke dalam daftar perusahaan yang tidak terlalu terdampak oleh ketidakpastian kebijakan tarif pemerintahan Trump. Faktor ini menjadikan saham Microsoft tetap stabil dan bahkan mengalami kenaikan di saat banyak perusahaan teknologi lainnya justru kehilangan nilai pasar.
Persaingan Teknologi Semakin Panas, Siapa yang Akan Bertahan?
Sebelum badai krisis menyerang, tiga raksasa teknologi—Apple, Microsoft, dan Nvidia—pernah meraih kapitalisasi pasar di atas US$3 triliun. Namun, kini hanya Microsoft yang tampaknya berhasil menjaga posisinya, sementara Apple dan Nvidia mulai tertatih menghadapi tekanan ekonomi dan kebijakan global.
Kondisi ini memperlihatkan betapa cepatnya pergeseran dominasi dalam industri teknologi, yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, tren konsumen, hingga daya saing inovasi. Meski Microsoft kini kembali berada di puncak, belum ada jaminan siapa yang akan bertahan di masa depan.
Apple Pernah Bangkit, Tapi Akankah Kali Ini Juga?
Menariknya, ini bukan pertama kalinya Microsoft merebut gelar perusahaan paling bernilai di dunia dari Apple. Pada awal 2024, Microsoft sempat memuncaki posisi tersebut sebelum akhirnya kembali disalip oleh Apple. Kini, situasinya berbeda. Dengan beban tarif, kompetisi sengit, dan prospek pertumbuhan yang tertekan, mampukah Apple bangkit kembali?
Hingga kini belum ada kejelasan apakah Apple akan mampu memutarbalikkan keadaan. Namun, dengan sejarahnya sebagai inovator besar dan loyalitas pelanggan yang kuat, Apple masih menyimpan potensi untuk kembali bersaing di puncak.
Namun semuanya bergantung pada seberapa cepat Apple bisa beradaptasi dengan dinamika baru pasar global—termasuk mencari alternatif produksi selain China, menekan biaya produksi, dan menawarkan nilai lebih di tengah harga yang melambung.
Apa Dampaknya bagi Konsumen dan Pasar Global?
Kenaikan harga iPhone dan produk Apple lainnya bisa memicu efek domino di pasar global. Konsumen bisa saja beralih ke produk alternatif, mendorong perubahan tren konsumsi, dan bahkan memengaruhi strategi para pesaing Apple.
Di sisi lain, Microsoft yang lebih fokus pada layanan cloud, software, dan kecerdasan buatan, memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap dinamika tarif dan geopolitik. Inilah yang menjadi keunggulan Microsoft di tengah kondisi yang tidak stabil.
Kesimpulan: Era Baru Persaingan Teknologi Dimulai
Apa yang sedang terjadi antara Apple dan Microsoft lebih dari sekadar persaingan nilai pasar—ini adalah refleksi dari pergeseran kekuatan global dalam dunia teknologi. Ketika kebijakan geopolitik mulai mempengaruhi produksi, distribusi, hingga harga jual, perusahaan teknologi harus semakin adaptif dan inovatif.
Apakah ini akhir dari dominasi Apple? Belum tentu. Tapi yang jelas, Microsoft kini memimpin permainan, dan Apple harus bergerak cepat untuk mengembalikan kejayaannya.