Apple Ancam Dominasi Google di Safari: Apakah Mesin Pencari Berbasis AI Bisa Menggantikan Google?
Tanggal: 10 Mei 2025 13:37 wib.
Google baru saja mengalami kerugian besar setelah kabar mengejutkan muncul bahwa Apple tengah mempertimbangkan untuk menambahkan mesin pencari berbasis kecerdasan buatan (AI) ke dalam browser Safari. Langkah ini diprediksi akan mengguncang bisnis iklan digital Google, yang selama ini menjadi salah satu sumber utama pendapatan mereka. Dampak langsung dari berita ini cukup besar, dengan saham induk Google, Alphabet Inc., turun tajam hingga 7,3%, menghapus sekitar US$150 miliar (setara dengan Rp2.400 triliun) dari kapitalisasi pasar perusahaan tersebut.
Keputusan Apple untuk mengeksplorasi opsi mesin pencari berbasis AI dapat menjadi ancaman serius bagi dominasi Google di pasar pencarian digital. Selama ini, Google mendominasi pasar pencarian dengan hampir 90% pangsa pasar global. Namun, berita terbaru ini menunjukkan adanya potensi gangguan besar terhadap dominasi tersebut, yang bisa memengaruhi kinerja dan strategi jangka panjang Google.
Sumber-sumber yang dikutip oleh Reuters menyebutkan bahwa Apple tengah mengkaji ulang strategi Safari mereka. Salah satu pertimbangan penting adalah menambahkan opsi mesin pencari berbasis AI seperti OpenAI dan Perplexity AI, dua pemain baru di pasar pencarian digital yang menawarkan pendekatan berbasis AI untuk memberikan hasil pencarian yang lebih relevan dan akurat. Hal ini tentunya bisa merubah lanskap persaingan mesin pencari yang selama ini dikuasai oleh Google.
Eddy Cue, eksekutif Apple, dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa volume pencarian melalui Safari mengalami penurunan untuk pertama kalinya. Penurunan ini disebabkan oleh semakin populernya layanan pencarian berbasis AI, yang memungkinkan pengguna mendapatkan jawaban lebih cepat dan lebih spesifik dibandingkan mesin pencari tradisional. Penyataan Cue ini disampaikan dalam sidang antimonopoli terkait dominasi Google yang telah berlangsung cukup lama di pasar pencarian digital.
Saat ini, Google masih menjadi mesin pencari default di Safari, yang membuat perusahaan tersebut harus membayar sekitar US$20 miliar per tahun kepada Apple, atau sekitar 36% dari pendapatan iklan pencarian Google yang berasal dari perangkat iPhone. Namun, kondisi ini kini terancam karena Apple sedang mempertimbangkan untuk menambahkan opsi mesin pencari lainnya ke dalam Safari, yang berpotensi mengurangi ketergantungan Apple pada Google.
Apabila Apple benar-benar menambahkan opsi mesin pencari berbasis AI dalam Safari, ini bisa menjadi awal dari pergeseran besar dalam pasar pencarian digital. Salah satu dampaknya adalah kemungkinan eksodus pengiklan dari Google, yang selama ini menjadi tempat utama bagi mereka untuk beriklan di platform pencarian. Keberadaan mesin pencari alternatif yang lebih efisien dan relevan bisa membuat pengiklan berpindah tempat, karena mereka cenderung mencari platform yang menawarkan audiens yang lebih besar dan biaya iklan yang lebih efektif.
Namun, Google tidak tinggal diam menghadapi ancaman ini. Perusahaan telah memperkenalkan beberapa fitur berbasis AI yang ditujukan untuk mempertahankan penggunanya, termasuk AI Mode dan AI Overviews, yang bertujuan untuk memberikan pengalaman pencarian yang lebih baik dan relevan. Langkah ini menunjukkan bahwa Google sedang berusaha untuk menanggapi kecenderungan baru di pasar yang semakin tertarik pada kecerdasan buatan.
CEO Sundar Pichai juga menyatakan bahwa Google berharap dapat mencapai kesepakatan baru dengan Apple pada pertengahan tahun ini untuk memasukkan teknologi Gemini AI ke dalam perangkat iPhone terbaru. Ini menunjukkan bahwa meskipun terancam oleh rencana Apple, Google tetap berusaha menjalin kerja sama dengan Apple dan memperkuat posisi mereka di pasar pencarian digital.
Di sisi lain, Eddy Cue dari Apple menyatakan bahwa perusahaan mereka berencana untuk menambahkan penyedia pencarian berbasis AI, seperti OpenAI dan Perplexity AI, sebagai opsi pencarian di masa mendatang. Hal ini semakin memperlihatkan bahwa pencarian berbasis AI seperti ChatGPT dan Perplexity berkembang pesat dan semakin diminati oleh pengguna yang mencari informasi lebih cepat dan lebih tepat.
Menurut Yory Wurmser, analis utama di eMarketer, keberhasilan penyedia pencarian berbasis AI ini juga menunjukkan betapa pesatnya kemajuan teknologi dalam dunia pencarian. Wurmser menambahkan bahwa kesediaan Google untuk membayar puluhan miliar dolar agar tetap menjadi mesin pencari default di Safari menunjukkan betapa pentingnya kesepakatan ini bagi perusahaan tersebut, yang ingin menjaga dominasinya di pasar.
Persaingan ini memperlihatkan bahwa meskipun Google memiliki dominasi yang besar, perusahaan teknologi besar seperti Apple sedang merancang strategi untuk menantang dan mengurangi ketergantungan pada layanan pencarian Google. Dengan memasukkan penyedia pencarian berbasis AI dalam Safari, Apple dapat memberikan alternatif yang lebih canggih dan relevan bagi penggunanya.
Meskipun demikian, Google memiliki sumber daya yang sangat besar untuk merespons tantangan ini. Perusahaan akan terus berinovasi dengan teknologi baru untuk mempertahankan posisinya sebagai mesin pencari terdepan, meskipun harus menghadapi persaingan ketat dari penyedia pencarian berbasis AI.