Aplikasi Gratis Semakin Banyak, Tapi Data Pribadi Kita Justru Semakin Terancam!
Tanggal: 17 Mei 2025 13:11 wib.
Tampang.com | Kemudahan akses aplikasi gratis di smartphone dan platform digital memang menggoda. Namun, di balik layanan tanpa biaya, tersembunyi risiko besar: data pribadi pengguna dikumpulkan, dijual, bahkan bisa disalahgunakan tanpa sepengetahuan.
Aplikasi Gratis, Tapi Kita yang Jadi Produknya
Banyak aplikasi populer—dari game, kamera, hingga edit foto—meminta izin akses ke kontak, lokasi, dan media penyimpanan. Tanpa disadari, izin ini membuka jalan bagi perusahaan pihak ketiga untuk memanen data dalam jumlah besar.
“Model bisnis aplikasi gratis umumnya berbasis pada monetisasi data pengguna. Kita mungkin tidak membayar uang, tapi kita membayar dengan informasi pribadi,” jelas Fikri Nasrullah, pakar keamanan siber.
Kebocoran Data Terjadi Hampir Setiap Tahun
Kasus kebocoran data di Indonesia terus berulang, dari data SIM card, layanan fintech, hingga platform pendidikan. Sayangnya, sanksi bagi pelaku atau penyelenggara digital yang lalai masih lemah, membuat pelanggaran privasi ini terus terjadi.
Masyarakat Minim Literasi Digital
Banyak pengguna tidak membaca syarat dan ketentuan atau kebijakan privasi aplikasi. Bahkan, sebagian besar tidak menyadari bahwa data mereka dipantau dan dianalisis untuk iklan bertarget atau tujuan komersial lainnya.
Solusi: Regulasi Ketat dan Kesadaran Pengguna
Pemerintah perlu memperkuat UU Perlindungan Data Pribadi dan memastikan penegakan hukumnya berjalan tegas. Di sisi lain, pengguna harus lebih cermat memilih aplikasi, memahami izin akses yang diminta, dan menggunakan alternatif aplikasi open-source yang lebih transparan.