Sumber foto: iStock

Ancaman Siber Kian Canggih! Waspadai CaaS dan Serangan Ransomware

Tanggal: 8 Mar 2025 13:59 wib.
Peringatan terhadap penipuan di internet semakin meningkat, terutama dengan semakin canggihnya modus-modus yang diterapkan oleh para penjahat siber. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perhatian utama adalah munculnya Cybercrime as a Service (CaaS) atau kejahatan siber sebagai layanan, yang memudahkan individu untuk melakukan penipuan tanpa perlu memiliki keterampilan teknis yang mendalam.

Menurut laporan CNBC Internasional, CaaS menyediakan berbagai alat yang diperlukan untuk melakukan serangan siber. Ini mencakup perangkat ransomware, layanan peretasan, botnet, hingga data pribadi yang diambil secara ilegal. Tony Burnside, Wakil Presiden dan Kepala Asia Pasifik Netskope, mengungkapkan bahwa dengan adanya layanan ini, semakin banyak penjahat siber yang dapat beroperasi dengan lebih mudah dan efektif, karena akses terhadap alat-alat ini semakin mudah.

Pasar darknet menjadi tempat di mana CaaS diperdagangkan, dengan contoh pasar seperti Abacus Market, Torzon Market, dan Styx. Pasar-pasar ini menggunakan teknologi enkripsi yang canggih untuk melindungi identitas pengguna mereka. Salah satu cara untuk mempertahankan anonimitas adalah dengan hanya menerima pembayaran menggunakan mata uang kripto, yang dianggap lebih aman meskipun tetap bisa dilacak melalui teknologi blockchain. Namun, meskipun transaksi dalam bentuk mata uang kripto lebih sulit diawasi, metode ini masih memberikan celah bagi penegak hukum untuk melacak aktivitas ilegal.

Di samping darknet, penjahat siber juga memanfaatkan internet publik dan aplikasi komunikasi seperti Telegram untuk melakukan transaksi. Salah satu platform terbesar yang beroperasi adalah Huione Guarantee, yang berafiliasi dengan konglomerat asal Kamboja, Huione Group. Di platform ini, vendor menawarkan berbagai layanan kejahatan, dari penipuan investasi hingga pembuatan platform judi ilegal. Para pelaku biasanya membeli data pribadi calon korbannya dan menggunakan perangkat lunak yang memanipulasi wajah dan suara berbasis kecerdasan buatan (AI).

Salah satu jenis penipuan yang secara signifikan mengancam keamanan keuangan pengguna adalah serangan ransomware. Menurut firma keamanan siber Kaspersky, serangan ini banyak menargetkan bisnis di seluruh Asia Tenggara, di mana Indonesia menduduki peringkat teratas dalam hal jumlah serangan. Dalam enam bulan pertama tahun 2024, tercatat sebanyak 32.803 serangan ransomware berhasil terdeteksi dan diblokir di Indonesia. Angka ini sangat mencolok jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya seperti Filipina yang mengalami 15.208 serangan, Thailand 4.841, dan Malaysia 3.920.

Ransomware dapat dibagi menjadi dua kategori utama: ransomware locker yang mengunci akses pengguna terhadap sistem komputer, dan ransomware crypto yang mengenkripsi file individual, menggagalkan akses pengguna. Ancaman yang ditimbulkan oleh ransomware sering kali mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi individu maupun perusahaan jika tidak diantisipasi dengan baik.

Dengan meningkatnya serangan ransomware, penting bagi pengguna untuk memahami langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil untuk melindungi diri mereka dari kejahatan siber ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengamankan layanan akses jarak jauh. Ada baiknya untuk tidak mengekspos layanan seperti Remote Desktop Protocol (RDP) dan MSSQL ke jaringan publik. Penggunaan kata sandi yang kuat serta mengaktifkan autentikasi dua faktor sangat dianjurkan.

Selain itu, pembaruan perangkat lunak secara berkala juga merupakan langkah penting. Pastikan semua perangkat, baik itu komputer maupun sistem yang digunakan dalam bisnis, memiliki pembaruan terkini untuk menutup celah kerentanan yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber. Cadangan data menjadi sangat penting; pengguna harus mengimplementasikan strategi pencadangan offline untuk memastikan bahwa mereka dapat mengakses data penting dalam keadaan darurat.

Pelatihan tentang keamanan siber juga merupakan hal yang tak kalah penting untuk dilakukan. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan karyawan tentang potensi ancaman dapat membantu mengurangi kesalahan manusia yang sering kali menjadi pintu masuk bagi serangan siber.

Di Indonesia, kesadaran terhadap keamanan siber masih tergolong rendah, sehingga penting bagi individu dan organisasi untuk proaktif dalam menjaga data dan informasi pribadi mereka. Di tengah meningkatnya angka penipuan online, penegakan hukum juga perlu meningkatkan kerja sama internasional untuk menanggulangi kejahatan siber yang semakin kompleks. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko dan kerugian yang dialami oleh masyarakat, serta menciptakan lingkungan digital yang lebih aman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved