Sumber foto: iStock

Ancaman Hacker Terus Meningkat, Aksi Europol Menutup 593 Server di Berbagai Negara

Tanggal: 7 Jul 2024 18:32 wib.
Europol melakukan langkah preventif dan menutup 593 server Cobalt Strike yang menjadi pintu masuk utama bagi para hacker untuk meretas jaringan korban. Tindakan ini dilakukan setelah otoritas setempat berhasil mengidentifikasi alamat IP terkait serangan dalam satu minggu terakhir.

Dalam upayanya untuk mengatasi kebobolan keamanan ini, Europol juga telah berkoordinasi dengan penyedia layanan untuk mematikan perangkat lunak yang tidak memiliki lisensi resmi. 

Europol menyatakan bahwa perangkat lunak ilegal ini menjadi target utama para peretas. Sebanyak 690 alamat IP ditandai pada penyedia layanan online di 27 negara yang menjadi sasaran para hacker. 

“Versi lama dan versi ilegal dari perangkat lunak tim merah Cobalt Strike menjadi target selama seminggu dalam aksi koordinasi Europol dari tanggal 24 hingga 28 Juni,” kata Europol, dikutip dari Bleeping Computers pada Jumat (5/7/2024). "Akhir minggu, 593 dari 690 alamat IP tersebut telah berhasil dinetralkan," tambah lembaga tersebut.

Upaya Europol ini merupakan bagian dari Operasi Morpheus yang melibatkan penegak hukum dari sejumlah negara termasuk Australia, Kanada, Jerman, Belanda, Polandia, dan Amerika Serikat, dengan pimpinan dari Inggris.

Cobalt Strike sebenarnya merupakan alat pengujian penetrasi yang sah untuk melakukan pemindaian infrastruktur dan mencari celah keamanan dari tim merah. Namun, sayangnya alat ini juga berhasil dimanfaatkan oleh para hacker setelah berhasil membobolnya. Para penyerang menggunakan perangkat lunak ini dalam tahap serangan pasca-eksploitasi, dengan tujuan untuk mendapatkan akses jarak jauh pada server yang disusupi, mencuri data sensitif, dan menyebarkan perangkat lunak berbahaya.

Microsoft juga mengungkapkan bahwa sejumlah pelaku menggunakan Cobalt Strike dengan dukungan dari berbagai negara seperti Rusia, China, Vietnam, dan Iran. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman dari para hacker tidak hanya berasal dari individu atau kelompok kecil, namun juga didukung oleh negara-negara tertentu.

Ancaman dari peretasan semakin meningkat, dan hal ini menuntut respons yang cepat dan efektif dari pihak yang berwenang. Tindakan preventif yang dilakukan oleh Europol dan penegak hukum dari berbagai negara menjadi langkah positif untuk mengatasi ancaman tersebut. Meskipun demikian, keamanan cyber tidak boleh menjadi tanggung jawab semata-mata dari pihak-pihak terkait saja. Keterlibatan masyarakat umum dan peningkatan kesadaran tentang perlindungan data juga merupakan faktor penting dalam mengurangi risiko peretasan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved