Amazon Kembali PHK Karyawan, Ada Apa di Balik Kebijakan Ini?
Tanggal: 30 Jan 2025 11:53 wib.
Amazon.com Inc kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), kali ini berdampak pada puluhan karyawan di divisi komunikasi. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memangkas biaya serta menyederhanakan struktur organisasi agar lebih efisien.
Menurut pernyataan resmi yang disampaikan melalui email oleh juru bicara Amazon, Brad Glasser, perubahan ini dilakukan setelah evaluasi internal terhadap organisasi Komunikasi & Tanggung Jawab Korporat. "Kami melakukan beberapa perubahan untuk bergerak lebih cepat, meningkatkan rasa memiliki, memperkuat budaya, dan mendekatkan tim dengan pelanggan," ujarnya.
Glasser juga menegaskan bahwa keputusan untuk menghapus sejumlah posisi ini tidak diambil dengan mudah. Amazon berkomitmen untuk membantu karyawan yang terdampak dalam masa transisi mereka. Namun, bagi para pekerja yang terkena dampak, keputusan ini tetap menjadi pukulan berat, terutama dalam iklim ketidakpastian ekonomi saat ini.
Langkah Efisiensi di Bawah Kepemimpinan Andy Jassy
Sejak mengambil alih posisi CEO dari Jeff Bezos pada 2021, Andy Jassy telah melakukan berbagai langkah pemangkasan dalam operasional perusahaan. Salah satu yang paling signifikan adalah pemecatan puluhan ribu karyawan serta penghentian proyek-proyek yang dinilai kurang strategis.
PHK massal pertama Amazon dalam skala besar terjadi pada 2022, dengan total 27.000 karyawan di berbagai departemen harus kehilangan pekerjaan mereka. Sejak saat itu, pemangkasan tenaga kerja terus terjadi meskipun dalam jumlah yang lebih kecil dan lebih terfokus pada posisi serta divisi tertentu.
Keputusan ini mencerminkan upaya Jassy dalam menyeimbangkan efisiensi operasional dengan tantangan bisnis yang semakin kompetitif. Amazon menghadapi tekanan besar untuk mempertahankan pertumbuhan sambil tetap menjaga profitabilitas, terutama setelah periode ekspansi besar-besaran selama pandemi.
Mandat Wajib Ngantor, Strategi Terselubung?
Selain pemangkasan tenaga kerja, kebijakan lain yang menjadi sorotan adalah mandat bagi karyawan untuk kembali bekerja dari kantor (Return to Office/RTO) selama lima hari dalam seminggu.
Kebijakan ini, yang diumumkan pada September lalu, dinilai sebagai cara terselubung untuk mendorong pengunduran diri secara sukarela tanpa harus memberikan pesangon PHK. Meskipun Jassy menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan memperkuat budaya perusahaan, banyak karyawan yang melihatnya sebagai strategi pengurangan tenaga kerja secara halus.
Tidak hanya itu, Jassy juga meminta para eksekutif untuk merestrukturisasi unit bisnis mereka guna mengurangi rasio manajer terhadap "kontributor individu." Target ini harus dicapai sebelum akhir Maret, yang kemungkinan besar akan kembali berdampak pada pengurangan tenaga kerja di berbagai divisi.
Apa Dampaknya bagi Karyawan dan Masa Depan Amazon?
Langkah-langkah efisiensi yang diambil Amazon tentu berdampak langsung pada ribuan pekerja, baik yang terkena PHK maupun mereka yang masih bertahan. Beberapa konsekuensi yang mungkin muncul akibat kebijakan ini antara lain:
Ketidakpastian Karier
Dengan PHK yang terus berlanjut, banyak karyawan Amazon kini menghadapi ketidakpastian terkait masa depan mereka di perusahaan. Rasa was-was akan adanya pemangkasan lebih lanjut dapat menurunkan semangat kerja dan produktivitas.
Kultur Perusahaan yang Berubah
Kembali ke kantor lima hari seminggu serta pengurangan jumlah manajer dapat mengubah dinamika kerja di Amazon. Karyawan yang sebelumnya menikmati fleksibilitas kerja jarak jauh mungkin merasa tidak puas dengan kebijakan baru ini.
Dampak pada Reputasi Perusahaan
Meskipun Amazon berupaya menampilkan langkah-langkah ini sebagai bagian dari optimalisasi bisnis, seringnya PHK dalam beberapa tahun terakhir dapat menciptakan persepsi negatif di mata pekerja dan calon karyawan.
Efisiensi atau Kehilangan Talenta?
Dengan mengurangi jumlah tenaga kerja dan memaksa pekerja kembali ke kantor, Amazon mungkin berhasil menghemat biaya dalam jangka pendek. Namun, langkah ini juga berisiko kehilangan talenta-talenta terbaik yang memilih untuk hengkang ke perusahaan lain dengan kebijakan kerja lebih fleksibel.