Alibaba Bangkit dari Keterpurukan: Gandeng Apple dan Tembus 40 Juta Pesanan per Hari, Apa Strategi Barunya?
Tanggal: 28 Mei 2025 11:27 wib.
Setelah sempat terpuruk akibat tekanan politik dan persaingan ketat, Alibaba — raksasa e-commerce asal Tiongkok — kini menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Perusahaan yang pernah mendominasi pasar e-commerce dunia ini mulai kembali ke panggung utama, seiring mencairnya hubungan antara pendiri Alibaba, Jack Ma, dan pemerintah Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
Beberapa tahun terakhir bukanlah masa yang mudah bagi Alibaba. Ketegangan politik antara Jack Ma dan pemerintah membuat sang pendiri ‘menghilang’ dari publik dan harus meninggalkan Tiongkok. Dampaknya terasa langsung pada performa Alibaba yang merosot dan perlahan digeser oleh pemain baru seperti PDD Holdings, pemilik platform Pinduoduo yang agresif merebut pangsa pasar dengan pendekatan harga murah dan penetrasi ke wilayah pedesaan.
Selain tekanan politik, Alibaba juga harus melalui proses restrukturisasi besar-besaran. Langkah ini menyebabkan perombakan organisasi secara menyeluruh, termasuk keluarnya sejumlah eksekutif penting yang sempat memunculkan kekhawatiran tentang arah masa depan perusahaan. Namun, di tengah badai tersebut, Alibaba bertahan. Dan kini, raksasa digital ini kembali menancapkan kukunya di dunia teknologi.
Salah satu langkah strategis terbaru yang dilakukan Alibaba adalah menjalin kemitraan dengan Apple. Kerja sama ini bertujuan membawa fitur kecerdasan buatan (AI) “Apple Intelligence” ke dalam produk iPhone yang dijual khusus di pasar Tiongkok. Kemitraan lintas negara dan teknologi ini menunjukkan bahwa Alibaba tidak hanya fokus pada perdagangan, tapi juga mulai memantapkan diri sebagai pemain penting dalam ekosistem teknologi berbasis AI.
Tak berhenti di situ, Alibaba juga mencetak pencapaian luar biasa lewat salah satu layanan barunya, yakni Taobao Instant Commerce. Layanan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengiriman cepat — dengan target waktu pengantaran hanya 60 menit. Inisiatif ini terbukti sukses, karena hanya dalam sebulan setelah diluncurkan, layanan tersebut telah menerima 40 juta pesanan setiap hari, menurut laporan dari Reuters pada Selasa, 27 Mei 2025.
Keberhasilan ini tak lepas dari strategi Alibaba yang cerdas dalam mengintegrasikan layanan. Mereka memasukkan mitra vendor dari Ele.me — platform pengiriman makanan milik Alibaba — langsung ke dalam aplikasi utama Taobao. Dengan demikian, pengguna bisa memesan berbagai produk dan menerima barang dengan cepat tanpa harus membuka aplikasi berbeda.
Tren pengiriman cepat atau instant commerce sendiri memang sedang naik daun di Tiongkok. Persaingan antar pemain besar di sektor ini makin memanas. Alibaba, bersama dengan JD.com dan Meituan, kini sama-sama berlomba dalam mengembangkan layanan ‘ritel instan’. Ketiganya berlomba menanamkan investasi besar untuk menghadirkan pengalaman belanja yang serba cepat dan efisien bagi konsumen.
Model bisnis ‘instant commerce’ dianggap sebagai masa depan e-commerce karena mampu menggabungkan kecepatan layanan dengan kenyamanan digital. Alibaba memanfaatkan peluang ini dengan sangat agresif. Taobao Instant Commerce menjadi semacam kartu as dalam permainan Alibaba untuk merebut kembali dominasi pasar.
Transformasi Alibaba ini tak hanya sekadar soal inovasi teknologi, tetapi juga mencerminkan dinamika geopolitik dan kebijakan dalam negeri Tiongkok yang berubah. Kembalinya Jack Ma ke hadapan publik, serta hubungan yang mulai membaik dengan pemerintah, menjadi sinyal bahwa lingkungan bisnis Alibaba kini jauh lebih stabil. Stabilitas ini memungkinkan perusahaan melakukan ekspansi dan eksperimen strategis tanpa bayang-bayang intervensi politik seperti beberapa tahun lalu.
Selain itu, fokus Alibaba pada AI, pengiriman instan, dan integrasi layanan menunjukkan arah masa depan e-commerce global. Di tengah tantangan global seperti perlambatan ekonomi dan kompetisi digital lintas batas, Alibaba memilih untuk beradaptasi dengan cepat dan memperkuat nilai tambah di setiap aspek layanan.
Kini, perhatian publik dan para pelaku industri pun tertuju pada langkah-langkah selanjutnya dari Alibaba. Apakah ekspansi ke AI ini akan diikuti oleh peluncuran layanan berbasis kecerdasan buatan lainnya? Bagaimana strategi mereka dalam memperluas dominasi layanan pengiriman cepat di luar Tiongkok?
Yang jelas, Alibaba telah berhasil keluar dari masa sulit dan kembali menjadi pemain utama dalam lanskap digital Tiongkok — dan dunia. Dengan kombinasi strategi bisnis yang tajam, aliansi teknologi tingkat tinggi, dan eksekusi operasional yang solid, Alibaba kembali membuktikan dirinya sebagai pionir sejati dalam dunia e-commerce.
Kisah kebangkitan ini bukan hanya menarik bagi pelaku bisnis, tapi juga bagi investor, konsumen, dan pengamat industri teknologi yang ingin melihat bagaimana raksasa yang sempat terpuruk bisa bangkit dan bahkan lebih kuat dari sebelumnya.