Sumber foto: iStock

AI Menggeser Pekerjaan? Ini yang Harus Anda Lakukan Agar Tetap Relevan!

Tanggal: 2 Mar 2025 08:06 wib.
Di era yang serba cepat ini, masa depan pekerjaan semakin dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF) yang berjudul Future of Jobs Report 2025, hampir 41% perusahaan berencana untuk mengurangi jumlah karyawan mereka dan menggantikannya dengan sistem yang diotomatiskan.

Di Amerika Serikat, angka ini bahkan lebih mengkhawatirkan, di mana 48% responden menyatakan niat mereka untuk menerapkan strategi pengurangan tenaga kerja ini.

Meskipun statistik tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran, Till Leopold, penulis utama studi dan juga Kepala Pekerjaan, Upah, dan Penciptaan Pekerjaan di WEF, menegaskan bahwa dunia tidak akan mengalami "kiamat pekerjaan" seperti yang sering ditakutkan. Dia menjelaskan bahwa tantangan utama bukanlah pada jumlah pekerjaan yang tersedia, melainkan pada pergeseran sifat pekerjaan yang ada saat ini.

Menurut Leopold, banyak perusahaan kini lebih fokus pada peningkatan keterampilan para karyawan mereka. Sebanyak 77% pemberi kerja bertujuan untuk meningkatkan kemampuan karyawan agar dapat berkolaborasi lebih efektif dengan teknologi AI, sementara 47% lainnya berusaha melakukan transisi karyawan dari posisi yang sedang menurun ke peran baru yang lebih strategis.

“Meskipun ada kemungkinan bahwa beberapa pekerjaan akan hilang, pekerjaan yang ada pada umumnya akan mengalami transformasi,” jelas Leopold. Ia menggarisbawahi bahwa pekerjaan yang paling terpengaruh adalah posisi-posisi kerah putih yang mengutamakan entri data dan tugas administratif, seperti pekerjaan paralegal dan asisten administrasi. Ini sejalan dengan temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa AI dapat mengambil alih banyak tugas monoton yang sebelumnya dilakukan manusia.

Dengan kemunculan model-model AI generatif yang mampu mendesain dan menghitung, bahkan bidang akuntansi dan desain grafis pun mulai face the challenge yang serius. Banyak yang bertanya-tanya, “Apakah pekerjaan di bidang akuntansi dan desain grafis yang ada saat ini akan Still exist dalam lima tahun ke depan?” Leopold menjawab tegas, "Tidak. Pekerjaan-pekerjaan ini pasti akan berevolusi."

Data terbaru dari survei kepala keuangan yang dilakukan oleh Universitas Duke, bekerja sama dengan Federal Reserves of Atlanta dan Richmond, menunjukkan bahwa 37% responden sudah memanfaatkan AI untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dulunya dikerjakan oleh karyawan manusia. Lebih mengejutkan lagi, 54% dari mereka merencanakan penggunaan AI dalam waktu dekat, dengan 76% di antaranya berasal dari perusahaan besar.

Namun, seperti Leopold, John Graham, seorang profesor keuangan di Duke yang juga menjadi direktur akademik survei tersebut, memiliki pandangan yang lebih optimis. Ia yakin bahwa meskipun ada kemungkinan lowongan kerja yang tidak terisi, hal ini tidak serta merta berarti adanya PHK besar-besaran. “Dalam jangka pendek, situasinya akan lebih cenderung kepada menutup kelemahan tertentu dan mungkin tidak merekrut individu baru daripada melakukan pemutusan hubungan kerja,” ucap Graham kepada CNN.

Namun, sebuah studi lain yang diterbitkan oleh Bloomberg Intelligence menyiratkan gambaran yang tidak begitu cerah, terutama bagi sektor keuangan di Wall Street. Dalam penelitian tersebut diperkirakan bahwa bank dapat memangkas hingga 200.000 pekerjaan dalam lima tahun ke depan akibat dampak teknologi AI. Hampir seperempat dari responden menyatakan bahwa mereka mengantisipasi pengurangan tenaga kerja antara 5% hingga 10%.

Walau data penelitian dari berbagai sumber menunjukkan prospek yang berbeda, penulis Tomasz Noetzel berpendapat sejalan dengan Leopold dan Graham. Ia menyebutkan bahwa sementara setiap pekerjaan yang melibatkan tugas rutin dan berulang rentan terhadap automasi, AI tidak akan sepenuhnya menghilangkan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Sebaliknya, perubahan di tempat kerja akan menjadi lebih banyak dari sekadar pengurangan tenaga kerja.

Menilik ke arah masa depan, Leopold menekankan bahwa soft skills menjadi semakin penting. “Kita diperlukan keterampilan manusia seperti kreativitas, kolaborasi, ketahanan, dan ketangkasan. Hal-hal ini nantinya akan menjadi kunci dalam menghadapi perubahan yang dibawa oleh AI,” ungkapnya.

Transformasi ini menuntut kita untuk lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi tuntutan pasar yang terus berubah. Seiring dengan berkembangnya teknologi, pergeseran dalam dunia kerja menjadi suatu keniscayaan yang harus dihadapi, bukan hanya oleh perusahaan, tetapi juga oleh para profesional serta pekerja di semua sektor industri. Adaptasi merupakan kunci untuk memastikan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan di dunia kerja yang semakin didominasi oleh teknologi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved