Sumber foto: Google

AI Masuk Sekolah! Teknologi Canggih Ini Bisa Bantu atau Geser Peran Guru?

Tanggal: 10 Mei 2025 08:27 wib.
Tampang.com | Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini tak hanya menjadi bahan diskusi di sektor industri dan bisnis, tetapi juga mulai masuk ke ruang-ruang kelas. Sejumlah sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia mulai mengadopsi teknologi AI untuk mendukung proses belajar-mengajar, seperti chatbot pembelajaran, sistem penilaian otomatis, hingga tutor virtual.

AI dalam Dunia Pendidikan: Solusi atau Intervensi?
Teknologi AI menawarkan efisiensi dalam mengolah data siswa, memberikan rekomendasi belajar personal, bahkan membantu guru membuat soal dan materi ajar. Namun, tidak sedikit yang mulai khawatir bahwa AI bisa menggeser fungsi guru sebagai pengajar utama.

“AI sebaiknya dilihat sebagai alat bantu, bukan pengganti. Peran guru tetap penting dalam membentuk karakter dan nilai sosial siswa,” jelas Dr. Laksmi Prasetyo, pakar teknologi pendidikan dari Universitas Negeri Malang.

Potensi Besar, Tapi Masih Minim Akses dan Literasi
Meski potensinya besar, adopsi AI di sekolah-sekolah negeri, khususnya di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), masih sangat minim. Masalah keterbatasan infrastruktur, perangkat keras, dan pelatihan guru menjadi hambatan utama.

Banyak guru belum memahami cara kerja teknologi ini, bahkan ada yang menganggapnya ancaman. Padahal, ketika dipahami dengan benar, AI justru bisa meringankan beban administratif guru yang selama ini cukup menyita waktu.

Kebijakan Pemerintah Masih Belum Terarah
Kementerian Pendidikan belum memiliki regulasi spesifik terkait penggunaan AI dalam pembelajaran. Kurikulum Merdeka memang memberi ruang inovasi, namun belum ada panduan atau standar etis dalam penggunaan AI.

“Jika tidak segera dibuat regulasinya, bisa terjadi penyalahgunaan atau kesenjangan akses yang makin lebar,” ujar Fadli Ramadhan, peneliti kebijakan pendidikan digital.

Apa Dampaknya bagi Masa Depan Guru dan Siswa?
Dengan kehadiran AI, beberapa proses seperti penilaian ujian atau penyusunan laporan belajar bisa diotomatisasi. Namun, interaksi emosional, empati, serta adaptasi sosial—yang merupakan inti dari pendidikan—tetap tidak bisa digantikan mesin.

Siswa juga perlu diajarkan cara berpikir kritis terhadap teknologi, bukan hanya menggunakannya secara pasif. Pendidikan harus menyiapkan mereka menjadi pengguna yang bijak, bukan hanya penonton perkembangan zaman.

AI di dunia pendidikan bisa menjadi revolusi positif, asalkan diiringi kebijakan tepat, pelatihan guru yang memadai, serta kesadaran bahwa teknologi hanya alat, bukan tujuan utama dari belajar.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved