AI Masuk Sekolah, Inovasi Pendidikan atau Ancaman untuk Peran Guru?
Tanggal: 9 Mei 2025 20:46 wib.
Tampang.com | Digitalisasi pendidikan terus berkembang pesat di Indonesia, dan kini kecerdasan buatan (AI) mulai diadopsi dalam berbagai proses pembelajaran. Dari asisten pengoreksi tugas otomatis hingga sistem belajar adaptif berbasis AI, teknologi ini dianggap mampu meningkatkan efisiensi pendidikan. Namun, kemunculannya juga memicu kekhawatiran: apakah AI akan menggantikan peran guru?
AI Sudah Digunakan dalam Pembelajaran Sehari-hari
Sejumlah sekolah di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya telah menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis AI untuk membantu siswa belajar mandiri. Teknologi ini mampu menyesuaikan tingkat kesulitan soal dengan kemampuan siswa, serta memberi laporan perkembangan secara real time.
“Dengan AI, siswa bisa belajar sesuai kecepatan mereka sendiri. Guru jadi lebih mudah memantau, tanpa harus mengoreksi satu per satu,” kata Rudi Hartono, kepala sekolah swasta di Tangerang.
Peran Guru Terancam atau Justru Diperkuat?
Sebagian guru merasa khawatir akan tergeser. Namun, para pakar pendidikan menegaskan bahwa AI seharusnya tidak menggantikan guru, melainkan mendukung mereka.
“Guru tetap tak tergantikan dalam hal membentuk karakter, memberi arahan emosional, dan membangun interaksi sosial. AI hanya alat bantu,” ujar Dr. Maya Arum dari Pusat Teknologi Pendidikan Kemendikbudristek.
Namun, tantangan utamanya adalah kesiapan para guru sendiri dalam memahami dan memanfaatkan teknologi ini.
Kesenjangan Digital dan Pelatihan yang Minim
Sayangnya, tidak semua sekolah dan guru memiliki akses yang sama terhadap teknologi maupun pelatihan. Di banyak daerah, fasilitas minim dan pelatihan digital untuk guru masih terbatas.
“Kalau tidak dibarengi pelatihan masif, yang terjadi adalah kesenjangan baru—antara guru yang tech-savvy dan yang belum siap,” tambah Dr. Maya.
Potensi AI untuk Pendidikan Inklusif
Di sisi lain, AI juga membuka peluang besar untuk pendidikan inklusif. Siswa berkebutuhan khusus bisa mendapatkan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi mereka secara otomatis. Bahkan, alat bantu suara dan teks bisa membantu siswa dengan gangguan penglihatan atau pendengaran.
Hal ini membuka babak baru dalam dunia pendidikan, jika digunakan dengan kebijakan yang berpihak pada akses merata.
Tantangan Etika dan Privasi Data Siswa
Adopsi AI juga menimbulkan kekhawatiran soal perlindungan data siswa. Sistem berbasis AI mengumpulkan banyak informasi pribadi, dari nilai hingga perilaku belajar. Jika tidak diatur dengan ketat, data tersebut bisa disalahgunakan.
Pemerintah perlu segera menetapkan regulasi khusus untuk AI di sektor pendidikan, termasuk standar perlindungan data dan akuntabilitas sistem.
Teknologi akan terus berkembang, tapi masa depan pendidikan tetap bergantung pada bagaimana manusia—terutama para guru—beradaptasi, bukan tersingkirkan.