AI Masuk Sekolah, Guru Harus Khawatir atau Bersiap? Dunia Pendidikan Masuki Era Baru!
Tanggal: 13 Mei 2025 21:45 wib.
Tampang.com | Kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam dunia pendidikan memicu perdebatan. Di satu sisi, AI menawarkan efisiensi, personalisasi, dan kecepatan dalam penyampaian materi. Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa profesi guru bisa tersingkirkan.
AI Jadi Asisten Belajar, Bukan Pengganti Guru?
Platform belajar berbasis AI seperti chatbot edukatif, aplikasi pembelajaran adaptif, hingga software koreksi otomatis kini mulai diadopsi di berbagai sekolah dan bimbingan belajar. Namun, para ahli menekankan bahwa AI idealnya hanya menjadi alat bantu, bukan pengganti pengajar manusia.
“AI bisa membantu proses belajar, tapi tidak bisa menggantikan empati dan intuisi guru dalam memahami murid,” ujar Prof. Rahmawati, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Malang.
Tantangan: Ketimpangan Akses dan Kompetensi Digital Guru
Tidak semua sekolah siap menghadapi gelombang digitalisasi. Di daerah terpencil, fasilitas internet dan perangkat masih sangat minim. Selain itu, banyak guru belum memiliki pelatihan memadai untuk memanfaatkan teknologi AI secara efektif.
“Jika tidak disiapkan dari sekarang, ketimpangan pendidikan bisa makin lebar. Sekolah elit melek AI, sekolah biasa tertinggal,” kata Rahmawati.
Peluang: Personalisasi dan Efisiensi Pembelajaran
AI memungkinkan sistem pembelajaran lebih adaptif dan personal. Siswa bisa belajar sesuai ritme masing-masing, dengan analisis kemajuan belajar yang real time. Bagi guru, teknologi ini bisa meringankan beban administratif agar fokus pada interaksi dan pembinaan karakter.
“Tugas guru bisa lebih strategis, bukan hanya memberi soal atau mengoreksi jawaban,” tambahnya.
Solusi: Guru Harus Naik Kelas, Pemerintah Harus Fasilitasi
Para pendidik dituntut untuk tidak alergi terhadap teknologi. Pelatihan literasi digital, kolaborasi dengan pengembang teknologi, serta kurikulum yang integratif menjadi kunci sukses adaptasi.
“Guru bukan digantikan AI, tapi ditantang untuk bertransformasi. Pemerintah wajib hadir lewat kebijakan dan anggaran,” tegas Rahmawati.
Pendidikan Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Juga Kemanusiaan
Meski teknologi berkembang cepat, nilai kemanusiaan tetap inti dari pendidikan. AI boleh masuk kelas, tapi interaksi manusia tetap tak tergantikan. Guru adalah panutan, bukan hanya instruktur.