AI Masuk ke Banyak Sektor, Ribuan Pekerja Terancam Tergusur Teknologi?
Tanggal: 13 Mei 2025 22:13 wib.
Tampang.com | Seiring pesatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor industri, kekhawatiran tentang tergesernya peran manusia makin nyata. Dari sektor logistik, media, perbankan, hingga layanan pelanggan—AI perlahan menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia.
Tenaga Kerja Rendah hingga Menengah Jadi Korban Pertama
Pekerjaan dengan rutinitas tinggi dan minim kreativitas menjadi target utama otomatisasi. Perusahaan-perusahaan mulai menggantikan staf input data, call center, dan bahkan admin media sosial dengan sistem AI.
“Kalau dulu yang tergantikan itu mesin pabrik, sekarang gantian staf kantor yang tergilas,” kata Dedi Rukmana, analis tren ketenagakerjaan digital dari Jakarta Smart Institute.
Efisiensi Jadi Alasan, Tapi Ada Harga Sosial yang Dibayar
Perusahaan mengklaim AI membuat operasional lebih efisien dan cepat. Namun di sisi lain, ribuan karyawan dirumahkan karena dianggap tidak lagi relevan.
“Masalahnya bukan AI-nya, tapi cara pemerintah dan perusahaan menghadapi disrupsi ini. Tidak ada peta jalan yang jelas,” ujar Dedi.
Indonesia Minim Kesiapan Reskilling dan Upskilling
Pemerintah memang telah meluncurkan program pelatihan digital, tapi jumlah dan jangkauannya masih jauh dari kebutuhan. Banyak pekerja yang tidak memiliki akses atau waktu untuk belajar teknologi baru.
“Bayangkan pekerja 45 tahun ke atas disuruh belajar coding tanpa pendampingan memadai. Itu bukan solusi, itu frustrasi,” tambahnya.
Solusi: Aturan Ketenagakerjaan Baru dan Inklusif
Pakar menyarankan agar dibuat regulasi baru yang melindungi hak pekerja di era otomatisasi. Pemerintah juga perlu mewajibkan perusahaan memberikan pelatihan ulang sebelum merumahkan karyawan karena AI.
Teknologi Tak Bisa Dihindari, Tapi Bisa Dikendalikan
Kehadiran AI seharusnya menjadi peluang, bukan ancaman. Tapi tanpa intervensi kebijakan yang berpihak pada rakyat pekerja, disrupsi ini bisa menjadi krisis sosial baru.