Sumber foto: Google

AI Masuk Dunia Kerja Indonesia, Ancaman atau Peluang?

Tanggal: 9 Mei 2025 20:56 wib.
Tampang.com | Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) perlahan namun pasti mulai diadopsi di dunia kerja Indonesia. Mulai dari layanan pelanggan hingga analisis data, penggunaan AI makin luas. Namun, banyak yang mempertanyakan: apakah AI akan menggantikan pekerjaan manusia, atau justru membuka peluang kerja baru?

Perusahaan Mulai Terapkan AI
Beberapa perusahaan besar di Indonesia, terutama di sektor perbankan, e-commerce, dan logistik, sudah mulai menerapkan sistem berbasis AI untuk efisiensi kerja. Contohnya, chatbot otomatis menggantikan layanan pelanggan manual, serta sistem prediktif untuk memantau tren penjualan.

“Dengan AI, kami bisa memproses ribuan permintaan pelanggan setiap hari secara real-time tanpa harus menambah karyawan,” kata Fajar Wicaksono, manajer teknologi di sebuah startup logistik di Jakarta.

Pekerjaan Manual Rentan Tergeser
Studi McKinsey menunjukkan bahwa sekitar 23 juta pekerjaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berisiko tergantikan oleh otomatisasi dan AI dalam 10–15 tahun ke depan. Pekerjaan yang paling terancam adalah yang bersifat berulang dan manual, seperti input data, administrasi dasar, hingga pengemasan.

“Pekerjaan yang tidak membutuhkan kreativitas atau interaksi manusia yang kompleks memang berpotensi tergantikan oleh AI,” ujar Dita Larasati, pakar SDM dan transformasi digital.

Namun, AI Juga Ciptakan Pekerjaan Baru
Meski beberapa pekerjaan akan hilang, teknologi AI juga menciptakan jenis pekerjaan baru, seperti data analyst, AI trainer, hingga content moderator untuk mesin pembelajaran. Bahkan, kebutuhan akan pekerja di bidang keamanan siber dan etika digital meningkat tajam.

“Kita perlu beralih dari mindset takut digantikan menjadi siap beradaptasi. Banyak lapangan kerja baru akan terbuka, tapi membutuhkan skill yang berbeda,” tambah Dita.

Kesenjangan Keterampilan Jadi Masalah Serius
Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan keterampilan digital di Indonesia. Banyak pekerja belum memiliki keahlian dasar seperti analisis data, pemrograman, atau literasi teknologi.

“Kalau tidak ditangani, bisa terjadi ketimpangan baru: mereka yang paham teknologi akan melesat, sementara yang tidak siap akan tertinggal,” kata Fajar.

Peran Pemerintah dan Perusahaan dalam Transisi Digital
Pemerintah lewat Kementerian Tenaga Kerja telah merancang pelatihan digital, namun cakupannya masih terbatas. Perusahaan juga harus turut ambil peran dalam memberikan pelatihan ulang (reskilling) kepada pekerja mereka.

“Program seperti Digital Talent Scholarship dari pemerintah dan pelatihan internal di perusahaan besar adalah langkah awal yang baik, tapi masih belum merata ke sektor informal dan UMKM,” jelas Dita.

Adaptasi adalah Kunci Bertahan
Dunia kerja akan terus berubah, dan pekerja yang mampu beradaptasi dengan perkembangan AI akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses. Belajar keterampilan baru, memahami teknologi dasar, dan bersikap terbuka terhadap perubahan adalah kunci utama.

“AI bukan untuk menggantikan manusia, tapi untuk membantu. Kalau kita bisa bekerjasama dengan teknologi, justru kita akan jadi lebih produktif dan efisien,” tegas Fajar.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved