Sumber foto: Google

AI Makin Pintar, Tapi Masih Punya Bias? Ini Ancaman Nyata untuk Keadilan Digital!

Tanggal: 17 Mei 2025 14:25 wib.
Tampang.com | Kecerdasan buatan kini digunakan dalam berbagai sektor: mulai dari rekrutmen kerja, pinjaman online, hingga penegakan hukum. Tapi pertanyaannya, apakah sistem ini benar-benar adil?

Diskriminasi Tersembunyi dalam Kode
Beberapa studi menunjukkan bahwa sistem AI kerap kali melanggengkan bias terhadap kelompok tertentu, karena dilatih dengan data historis yang tidak netral. “Kalau data latihnya diskriminatif, maka hasilnya pun akan ikut bias,” ujar Risa Maulani, pakar etika teknologi.

Kasus Nyata: Ditolak Karena Algoritma
Sudah terjadi di berbagai negara — pelamar kerja ditolak karena nama “kurang umum”, kredit ditolak oleh sistem karena berasal dari wilayah berisiko, atau bahkan wajah tidak dikenali karena warna kulit. “Keadilan tidak boleh diserahkan ke mesin tanpa koreksi manusia,” tegas Risa.

Transparansi Algoritma Masih Minim
Sebagian besar perusahaan tidak membuka cara kerja AI mereka. Padahal, jika digunakan dalam keputusan penting, publik berhak tahu bagaimana sistem bekerja dan apakah bisa digugat bila terjadi kesalahan.

Solusi: Audit Etika dan AI yang Bertanggung Jawab
Para ahli mendorong adanya audit etika secara berkala terhadap sistem AI yang dipakai di layanan publik dan swasta. Selain itu, penting adanya regulasi yang mewajibkan perusahaan teknologi untuk menjelaskan proses dan risiko penggunaan AI.

Teknologi Harus Adil, Bukan Asal Canggih
AI seharusnya jadi alat untuk menyelesaikan masalah, bukan menciptakan ketidakadilan baru. Masyarakat dan pembuat kebijakan harus lebih kritis terhadap cara kerja mesin yang seolah netral, tapi bisa menyimpan diskriminasi struktural.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved