Sumber foto: iStock

AI dan Disinformasi: Ancaman Baru bagi Pasar Saham China dan Dunia

Tanggal: 19 Mar 2025 21:41 wib.
Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia kini dihadapi oleh tantangan baru yang muncul akibat perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Khususnya, China sedang berjuang melawan masalah besar yang dapat mengancam pasar sahamnya. Pemicunya adalah penyebaran disinformasi yang semakin marak, di mana AI berperan signifikan dalam menciptakan dan menyebarluaskan informasi yang tidak benar. Fenomena ini bukan hanya menjadi kekhawatiran bagi negara-negara dengan perekonomian besar seperti China, tetapi juga dapat berdampak serius di negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, adopsi teknologi AI telah berlangsung dengan pesat di seluruh dunia, memberikan manfaat yang jelas dalam berbagai sektor, namun juga memunculkan sejumlah risiko baru. Di China, pengawas sekuritas telah mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan memperkuat pengawasan terhadap informasi palsu yang beredar di pasar saham. 

Mereka berupaya untuk bekerja sama dengan lembaga kepolisian dan regulator siber untuk menelusuri dan menghentikan para pelaku yang sengaja menyebarkan disinformasi tersebut. Dalam konteks ini, mereka bertekad untuk bertindak dengan cepat dan tegas, sampai ke akar permasalahan.

AI kini bukan hanya alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga telah dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menarik minat investor melalui janji-janji yang tidak realistis. Menurut laporan dari Shanghai Securities News, tindakan manipulasi dan penipuan menjadi lebih canggih berkat kemudahan akses data yang dihadirkan oleh AI. Investor mungkin tanpa sadar terjerat dalam skema penipuan ini, yang akhirnya berujung pada kerugian finansial yang signifikan.

Dari sisi lain, popularitas perusahaan AI di China, seperti DeepSeek, memungkinkan para manajer investasi dan investor untuk lebih menggantungkan keputusan investasi mereka pada analisis yang dihasilkan oleh teknologi ini. Namun, ironisnya, ketergantungan tersebut membuka peluang bagi penyebaran berita negatif yang dapat menambah ketidakpastian di pasar. Misalnya, jika berita palsu menyebar tentang performa buruk sebuah perusahaan, hal ini bisa memicu kepanikan yang menyebabkan saham perusahaan tersebut jatuh.

Dengan situasi yang semakin mengkhawatirkan, Securities Times melaporkan bahwa Komisi Regulator Sekuritas China berencana untuk mengambil pendekatan yang lebih proaktif dalam membasmi rumor yang menyesatkan di pasar saham. 

Mereka berjanji untuk mengeluarkan klarifikasi yang diperlukan, serta informasi yang relevan untuk memerangi kebohongan yang beredar. Selain itu, promosi pendidikan dan panduan kepada investor juga menjadi fokus utama, sehingga mereka dapat lebih cerdas dalam mengidentifikasi informasi yang benar dan salah di internet.

Risiko yang ditimbulkan oleh penyebaran informasi palsu tidak hanya berbahaya bagi investor individu, tetapi juga dapat merusak stabilitas pasar secara keseluruhan. Banyak sekali contoh di mana berita palsu telah merusak reputasi suatu perusahaan, pada akhirnya mempengaruhi harga saham dan kepercayaan publik. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bahwa pengembangan teknologi yang cepat, seperti AI, harus diimbangi dengan literasi digital yang mumpuni, serta intervensi kebijakan dari pemerintah. Tanpa langkah-langkah preventif ini, dampak negatif dari teknologi dapat menjadi lebih besar dan lebih sulit untuk ditangani.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang terus berkembang dan beradaptasi dengan teknologi baru, juga perlu berhati-hati. Dengan semakin banyaknya investor dan pengguna teknologi finansial di Indonesia, potensi terjadinya penipuan dan penyebaran informasi salah seperti yang terjadi di China bisa saja menjadi ancaman nyata. Adopsi teknologi seperti AI dalam sektor keuangan harus disertai dengan mekanisme pengawasan yang ketat dan program literasi investasi yang efektif.

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kesadaran akan pentingnya tanggung jawab dalam penggunaan teknologi menjadi sangat penting. Pengguna teknologi, khususnya dalam konteks pasar saham, perlu dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup agar bisa menyaring dan menganalisis informasi yang mereka terima.

Oleh karena itu, peran edukasi dan pengetahuan di bidang investasi menjadi sangat penting dalam mempersiapkan masyarakat menghadapi risiko yang mungkin timbul akibat dampak negatif dari perkembangan teknologi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved