Sumber foto: Google

41% Perusahaan di Seluruh Dunia Berencana Mengurangi Tenaga Kerja Pada 2030 Karena AI

Tanggal: 9 Jan 2025 19:16 wib.
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin mengancam pekerjaan manusia, 41% pemberi kerja berniat mengurangi jumlah tenaga kerja mereka karena otomatisasi tugas-tugas tertentu oleh AI, menurut survei yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada hari Rabu 8/1/25.

Dari ratusan perusahaan besar yang disurvei di seluruh dunia, 77% juga menyatakan mereka berencana untuk melatih kembali (reskill) dan meningkatkan keterampilan (upskill) pekerja mereka antara 2025-2030 agar dapat bekerja lebih baik bersama AI, menurut laporan Future of Jobs Report WEF. Namun, berbeda dengan edisi sebelumnya di tahun 2023, laporan tahun ini tidak menyebutkan bahwa sebagian besar teknologi, termasuk AI, diperkirakan akan memberikan dampak “positif bersih” pada jumlah pekerjaan.

“Perkembangan AI dan energi terbarukan sedang mengubah pasar tenaga kerja, mendorong peningkatan permintaan untuk banyak peran teknologi atau spesialis, sekaligus menurunkan permintaan untuk peran lainnya, seperti desainer grafis,” kata WEF dalam siaran pers menjelang pertemuan tahunan mereka di Davos akhir bulan ini.

Dalam laporan yang luas ini, Saadia Zahidi, Direktur Eksekutif WEF, menyoroti peran generative AI dalam mengubah industri dan tugas di seluruh sektor. Teknologi ini mampu menciptakan teks, gambar, dan konten lainnya berdasarkan perintah pengguna. Petugas layanan pos, sekretaris eksekutif, dan petugas penggajian adalah beberapa pekerjaan yang diperkirakan akan mengalami penurunan jumlah tercepat dalam beberapa tahun mendatang, baik karena penyebaran AI maupun tren lainnya.

“Fakta bahwa desainer grafis dan sekretaris hukum berada di luar 10 besar pekerjaan dengan penurunan tercepat yang pertama kali diprediksi dalam laporan edisi ini dapat mencerminkan kapasitas GenAI yang semakin besar untuk melakukan pekerjaan berbasis pengetahuan,” kata laporan tersebut.

Sebaliknya, keterampilan AI semakin diminati. Hampir 70% perusahaan berencana merekrut pekerja baru dengan keterampilan untuk merancang alat dan pengembangan AI, sementara 62% berniat merekrut lebih banyak orang dengan keterampilan untuk bekerja lebih baik bersama AI, menurut survei terbaru yang dilakukan tahun lalu.

Mengambil nada optimistis, laporan itu menyebutkan bahwa dampak utama teknologi seperti generative AI terhadap pekerjaan mungkin terletak pada potensinya untuk meningkatkan keterampilan manusia melalui kolaborasi manusia-mesin, daripada menggantikannya secara keseluruhan, “terutama mengingat pentingnya keterampilan yang berpusat pada manusia.”

Namun, banyak pekerja telah digantikan oleh AI. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan teknologi, termasuk layanan penyimpanan file Dropbox dan aplikasi pembelajaran bahasa Duolingo, menyebut AI sebagai alasan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Copyright © Tampang.com
All rights reserved