Sumber foto: Google

Najwa Shihab Ikhlaskan Keperian Suami dan Anak: Mereka dalam Rengkuhan Tanah yang Sama

Tanggal: 25 Mei 2025 21:32 wib.
Najwa Shihab tengah dilanda duka mendalam setelah sang suami tercinta, Ibrahim Sjarief Assegaf, meninggal dunia pada Selasa (20/5/2025). Kehilangan ini tentu membawa luka yang sangat dalam bagi Najwa, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang kuat dan inspiratif. Ibrahim mengembuskan napas terakhirnya setelah mengalami stroke akibat pendarahan otak, dan sempat mendapatkan perawatan intensif di RS Pusat Otak Nasional Jakarta. 

Dalam sebuah ungkapan emosional, Najwa Shihab menuliskan: “Tempat keduanya luruh. Kami mendekap tangannya, juga hatinya. Ibrahim adalah penunjuk arah kami, ketenangan kami, rumah kami. Sedangkan Namiyah hanya bersama kami selama satu hari, tapi ia menetap di hati kami, selamanya.” Melalui kata-kata ini, Najwa tidak hanya menggambarkan kehilangan suaminya, tetapi juga mengingat anak mereka, Namiyah, yang telah tiada. 

Kehilangan pasangan hidup adalah salah satu cobaan paling berat yang bisa dihadapi seseorang. Dalam perjalanan hidupnya, Najwa Shihab berjuang dengan berbagai tantangan, dan kini dia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Ibrahim, yang telah menemani langkahnya selama bertahun-tahun, telah pergi selamanya. Dukungan dan cinta Ibrahim selama ini menjadi pondasi bagi Najwa dalam menjalani karier dan kehidupannya sebagai seorang jurnalis serta tokoh publik.

Setelah merasakan kehilangan yang begitu mendalam, Najwa mengingat momen-momen berharga yang dihabiskan bersama Ibrahim. Mereka berbagi visi yang sama tentang kehidupan, cinta, dan keluarga. Ibrahim adalah sosok yang selalu ada di sampingnya, baik dalam suka maupun duka. Dalam salah satu wawancara sebelumnya, Najwa pernah mengungkapkan betapa berartinya Ibrahim bagi kehidupannya. “Dia adalah teman terbaik dan pendukung terhebat dalam hidup saya,” ungkapnya dengan mata yang berbinar. 

Keduanya sering terlihat bersama dalam berbagai acara, menciptakan momen-momen indah di panggung kehidupan. Namun, saat-saat ini seolah berputar menjadi kenangan pahit ketika Najwa harus menghadapi kenyataan bahwa mereka kini terpisah oleh batasan yang dimaknai sebagai 'keabadian'. Ibrahim yang telah pergi, dan Namiyah yang hanya bisa dikenang dalam ingatan. Momen-momen tersebut, meskipun singkat, memberikan warna tersendiri bagi perjalanan mereka sebagai pasangan.

Kehilangan anak adalah tragedi yang sangat sulit untuk dihadapi, dan Najwa tidak sendirian dalam hal ini. Banyak orang di luar sana yang mengalami pengalaman serupa, dan sering kali, rasa kehilangan itu tak pernah sepenuhnya hilang. Najwa Shihab adalah salah satu sosok yang mampu mengangkat tema ini dengan elegan dan puitis. Keberaniannya untuk berbagi rasa sakit dan kedalaman emosional ini bisa jadi menjadi pelipur lara bagi banyak orang yang merasakan kehilangan serupa.

Dalam menghadapi duka yang mendalam ini, Najwa Shihab menunjukkan keteguhan dan keikhlasan. Dia berusaha untuk mengikhlaskan kepergian suaminya dengan cara menuliskan perasaannya. Menyatatakan setiap kenangan dan harapan yang tak tercapai dalam sebuah panggilan kepada berbagai pihak agar mau berempati. Melalui unggahannya di media sosial, Najwa berbagi bahwa cinta dan kenangan yang diukir bersama Ibrahim adalah harta yang paling berharga. 

Dalam perjalanan berduka ini, ada harapan yang tersisa; harapan untuk terus mengenang dan menghargai setiap momen yang pernah ada. Najwa ingin agar kenangan tentang Ibrahim dan Namiyah tidak hanya hilang begitu saja, tetapi menjadi bagian dari narasi kehidupannya yang akan terus diceritakan dan diingat. Penghargaan ini bukan hanya untuk mereka yang telah pergi, tetapi juga untuk setiap orang yang mencintai mereka dan akan terus menahan kenangan indah tersebut di dalam hati.

Meskipun dikelilingi oleh kesedihan, Najwa juga menunjukkan sikap optimis dan mampu bangkit dari keterpurukan. Dia memahami bahwa perjalanan hidup harus tetap berjalan, meski dengan rasa sakit yang mengaduk hati. “Mereka sekarang dalam rengkuhan tanah yang sama,” tulis Najwa, menggambarkan bahwa cinta yang mereka bangun selama bertahun-tahun tidak akan pernah pudar, meskipun fisiknya telah terpisah.

Dengan rasa ikhlas yang ditunjukkan oleh Najwa Shihab, kita diajak untuk merefleksikan arti kehilangan dan cinta yang abadi. Dia tidak hanya menceritakan tentang duka yang dirasakannya, tetapi juga memberikan kita pelajaran berharga tentang bagaimana mencintai, menghargai, dan merelakan orang-orang tercinta pergi dengan cara yang indah.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved