Joko Anwar Ungkap Dua Syarat Utama Sebuah Cerita Layak Difilmkan
Tanggal: 27 Jul 2025 22:15 wib.
Sutradara ternama Joko Anwar membeberkan dua syarat utama yang menjadi acuan dalam memilih cerita yang layak diangkat ke layar lebar oleh rumah produksinya, Come and See Pictures. Menurutnya, sebuah narasi harus memenuhi kedua syarat tersebut agar tak hanya menghibur, tetapi juga bermakna dan inovatif dalam penyampaian.
“Yang pertama, cerita itu harus social-relevant—berbicara tentang hal-hal yang sedang kita alami sebagai orang Indonesia,” ujar Joko dalam acara pengenalan film terbarunya, Ghost in The Cell, di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat (25/7).
Joko menjelaskan bahwa film Ghost in The Cell, yang mengusung genre komedi horor, juga memenuhi kriteria tersebut. Latar cerita yang mengambil tempat di penjara, menurutnya, merefleksikan kondisi masyarakat Indonesia yang kerap merasa "terperangkap" dalam sistem atau tekanan sosial tertentu.
“Kenapa latarnya penjara? Karena mungkin sebagian dari kita merasa terpenjara, dan harus bersatu melawan kekuatan yang bisa membahayakan hidup kita,” tambahnya, memberi petunjuk akan kedalaman tema sosial film tersebut, meski belum membocorkan terlalu banyak detail.
Selain relevansi sosial, Joko menyebut syarat kedua adalah inovasi dalam treatment penceritaan. Cerita harus mampu dieksplorasi melalui pendekatan sinematik yang berbeda dari kebanyakan film yang sudah ada.
“Kalau teman-teman nanti menonton, Ghost in The Cell akan terasa beda dari sisi treatment. Bukan sesuatu yang pernah kami buat sebelumnya,” jelasnya, menegaskan bahwa film ini tidak dibuat sekadar mengikuti tren horor komedi yang tengah marak.
Fakta menarik lainnya, Joko mengungkap bahwa ide film ini sebenarnya telah digagas sejak lebih dari satu dekade lalu. Proyek ini resmi diperkenalkan pada 2018 dan baru mulai diproduksi pada 2025 setelah melalui proses pengembangan dan praproduksi yang panjang selama enam tahun.
“Meskipun idenya lama, kami terus melakukan penyesuaian agar ceritanya tetap relevan dengan isu-isu terkini di Indonesia,” ucap Joko.
Film ini juga menandai kolaborasi kedua antara Come and See Pictures dan Barunson E&A, rumah produksi asal Korea Selatan yang sebelumnya terlibat sebagai agen distribusi untuk film Legenda Kelam Malin Kundang. Dalam proyek Ghost in The Cell, Barunson E&A berperan sebagai produser eksekutif, bergabung bersama Rapi Films.
“Kerja sama lintas negara ini menjadi bukti bahwa sinema Indonesia kini makin diperhitungkan secara global,” ujar Joko.
Ghost in The Cell dijadwalkan tayang di bioskop pada tahun 2026, dan saat ini tengah memasuki tahap penyuntingan.