Elon Musk Terseret Isu Narkoba? Ini Klarifikasi, Tes Urin, dan Balasan Pedasnya ke Media
Tanggal: 20 Jun 2025 13:56 wib.
Elon Musk, tokoh teknologi ternama dan salah satu orang terkaya di dunia, kembali menjadi sorotan setelah dirinya dituduh mengonsumsi narkoba secara rutin. Tuduhan ini menyeruak setelah laporan eksklusif dari The New York Times mengklaim bahwa Musk menggunakan ekstasi, ketamin, dan bahkan jamur psikedelik, terutama selama periode kampanye pemilu AS tahun 2024. Laporan itu pun menuai kontroversi, tidak hanya karena menyangkut tokoh berpengaruh, tetapi juga karena keterlibatannya dalam berbagai proyek besar pemerintah.
Tidak tinggal diam, CEO Tesla dan SpaceX tersebut dengan cepat menanggapi kabar yang menurutnya sangat merugikan dan tidak berdasar. Musk bahkan membagikan hasil tes urinnya ke publik melalui akun media sosial pribadinya di X (dulu Twitter). Dalam unggahan tersebut, ia memperlihatkan hasil negatif dari berbagai jenis zat terlarang, termasuk kokain, metamfetamin, ganja, ketamin, dan MDMA (ekstasi). Musk menyertakan caption “lol” sebagai bentuk sarkasme dan sikap santai menghadapi rumor tersebut.
Hasil Tes Urin Masih Dipertanyakan
Meski Musk tampak percaya diri dengan bukti yang ia bagikan, sebagian pihak tetap meragukan validitasnya. Menurut laporan dari Complex yang dikutip pada Rabu (18 Juni 2025), hasil tes urin tersebut tidak memiliki verifikasi independen yang dapat memastikan keaslian dan keabsahannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan baru: apakah tindakan Musk cukup untuk menepis tuduhan yang sudah terlanjur menyebar?
Awal Mula Tuduhan: Investigasi Mendalam dari NYT
Laporan yang menjadi pemicu isu ini berasal dari investigasi panjang yang dilakukan The New York Times. Media ternama asal AS tersebut menyatakan telah mewawancarai puluhan orang dekat Musk, serta memeriksa pesan pribadi, catatan hukum, dan bahkan dokumentasi foto sebagai bagian dari proses peliputan.
Menurut laporan itu, Musk diduga telah mengonsumsi ketamin dalam jumlah lebih besar dari yang sebelumnya diketahui publik, dan bahkan disebut kerap menggunakan ekstasi serta jamur psikedelik di berbagai kesempatan, termasuk selama masa kampanye mantan Presiden Donald Trump menjelang Pemilu 2024.
Laporan tersebut menimbulkan kegaduhan besar, terutama karena Musk saat itu memegang peran penting di Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang didirikan oleh pemerintahan Trump. Tuduhan penyalahgunaan narkoba terhadap seseorang yang punya pengaruh dalam pengambilan kebijakan nasional tentu memunculkan kekhawatiran tersendiri.
Musk Balas Nyinyir: "The New York Times Berbohong!"
Tak berselang lama setelah laporan itu tayang, Musk memberikan pernyataan terbuka yang isinya menyebut bahwa The New York Times telah menyebarkan kebohongan. Dalam pernyataannya yang diunggah di X, Musk menulis, “Untuk lebih jelasnya, saya TIDAK mengonsumsi obat-obatan! The New York Times berbohong.”
Musk juga mengungkapkan bahwa dirinya pernah menggunakan ketamin, namun dilakukan dengan resep dokter dan hanya dalam situasi darurat. Ia menegaskan bahwa penggunaan tersebut sudah pernah ia akui secara terbuka jauh sebelum laporan NYT muncul, dan saat itu ketamin digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang serius.
“Beberapa tahun lalu, saya mencoba ketamin atas resep dokter dan bahkan pernah membahasnya secara terbuka. Itu membantu saya keluar dari kondisi psikologis yang sangat buruk. Tapi saya sudah tidak menggunakannya lagi sejak saat itu,” lanjutnya.
Implikasi pada Citra dan Peran Strategis Elon Musk
Sebagai figur publik dengan pengaruh besar dalam bidang teknologi, otomotif, luar angkasa, dan bahkan geopolitik digital, reputasi Musk sangat menentukan arah perkembangan banyak industri. Isu seperti ini tidak hanya berdampak pada persepsi publik, tetapi juga berpotensi menimbulkan gejolak di pasar saham perusahaan-perusahaan yang ia pimpin, seperti Tesla dan SpaceX.
Di sisi lain, Musk juga dikenal memiliki hubungan kontroversial dengan media. Ia kerap kali mengkritik media arus utama yang menurutnya tidak netral dan memelintir informasi demi agenda tertentu. Kasus ini seolah memperkuat narasi tersebut, sekaligus menunjukkan bagaimana Musk tetap menggunakan platform pribadinya untuk mengontrol narasi dan pembelaan diri.
Masih Jadi Sorotan: Fakta atau Spekulasi?
Sampai saat ini, belum ada bukti konkret yang secara hukum membuktikan bahwa Musk bersalah dalam tuduhan penyalahgunaan narkoba. Namun, laporan investigatif dan tanggapan Musk yang defensif justru menambah kompleksitas isu ini. Perdebatan pun masih terus berlangsung, antara mereka yang mempercayai kredibilitas laporan NYT dan mereka yang yakin Musk menjadi korban framing media.
Apakah ini hanya upaya menjatuhkan nama besar Elon Musk? Ataukah ada fakta yang sengaja disembunyikan? Jawabannya mungkin baru akan muncul setelah penyelidikan lebih lanjut atau pernyataan resmi dari lembaga hukum terkait.
Penutup: Antara Fakta, Reputasi, dan Perang Narasi
Kontroversi ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia informasi yang serba cepat dan terbuka, reputasi bisa dengan mudah diguncang oleh laporan, baik yang berdasar maupun spekulatif. Elon Musk, dengan segala inovasi dan kontroversinya, sekali lagi membuktikan bahwa menjadi tokoh besar tak pernah lepas dari sorotan ekstrem.
Apakah ini hanya badai sesaat atau awal dari penyelidikan yang lebih dalam, publik kini menanti kelanjutannya. Satu hal yang pasti: Musk masih akan menjadi topik hangat di banyak lini pemberitaan.