Bocoran Email Ungkap Perselisihan Antar Elon Musk dan CEO OpenAI Sam Altman
Tanggal: 22 Nov 2024 15:11 wib.
Elon Musk menggugat CEO OpenAI, Sam Altman, dalam beberapa waktu yang lalu. Sebagai bagian dari penyelidikan, email yang telah dikirim sejak awal berdirinya OpenAI, terungkap dalam persidangan. Email tersebut membongkar ketegangan yang timbul mengenai siapa yang seharusnya mengendalikan perusahaan kecerdasan buatan ini.
Dalam email yang merupakan bagian dari bukti dalam persidangan Musk vs Altman, salah seorang pendiri OpenAI, Ilya Sutskever, menyindir Musk karena dianggap terlalu egois dalam mengendalikan perusahaan. Sutskever juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh artificial general intelligence (AGI) bagi manusia di masa depan.
"Struktur saat ini memberi Anda jalan tempat Anda berakhir dengan kontrol sepihak atas AGI," demikian tulis Sutskever kepada Musk pada September 2017, sebagaimana dikutip dari Futurism pada Kamis (21/11/2024).
Dalam email tersebut, Sutskever juga menyatakan keprihatinannya terhadap kontrol mutlak yang diinginkan oleh Musk. Ia menegaskan bahwa Musk seakan-akan menginginkan kendali penuh atas perusahaan tersebut, meskipun sebelumnya Musk sempat menyatakan bahwa ia tidak tertarik untuk mengendalikan AGI atau menjadi CEO.
Tidak lebih dari enam bulan setelah email tersebut, Musk mengundurkan diri dari OpenAI karena perbedaan pendapat mengenai strategi keuangan perusahaan, yang juga menjadi inti dari gugatannya terhadap Altman.
"Kami khawatir bahwa ketika perusahaan membuat kemajuan yang nyata menuju AGI, Anda akan memilih untuk mempertahankan kendali mutlak Anda atas perusahaan meskipun saat ini Anda berniat sebaliknya," tulis Sutskever dalam email itu.
Dengan penulisan email yang tajam dan jelas, Sutskever menunjukkan alasan kuat atas keprihatinannya akan pengendalian AGI. Ia menekankan bahwa tujuan OpenAI adalah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan menghindari diktator AGI.
Satu titik penting dalam email tersebut adalah keprihatinan bahwa Musk dapat menjadi diktator yang menguasai AGI, seperti yang juga dikhawatirkan terjadi dengan Demis Hassabis, pendiri laboratorium DeepMind AI di Google. Oleh karena itu, ia menilai bahwa sangat tidak bijaksana untuk membangun struktur di mana seseorang bisa menjadi diktator jika ia memilihnya, terutama mengingat bahwa ada alternatif lain yang bisa mencegah hal tersebut.
Krisis internal di OpenAI ini mengekspos adanya konflik yang serius di antara para pemimpin perusahaan teknologi dengan visi futuristik yang luar biasa. Perselisihan seperti ini menjadi sorotan publik karena memperlihatkan betapa kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi oleh para pelaku industri teknologi. Ke depannya, persoalan terkait kontrol dan keamanan dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan akan semakin penting untuk diperhatikan oleh komunitas teknologi dan masyarakat luas.
Kedepannya, adalah penting untuk terus mengawasi perkembangan teknologi kecerdasan buatan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul di tengah persaingan untuk mengendalikan masa depan teknologi ini.