3 Orang di Dunia yang Bisa Bepergian ke Luar Negeri Tanpa Paspor, Siapa Saja Mereka?
Tanggal: 11 Mar 2025 09:48 wib.
Ketika kita merencanakan perjalanan ke luar negeri, salah satu dokumen yang paling penting dan wajib kita miliki adalah paspor. Paspor berfungsi sebagai identitas resmi di lintas negara dan menjadi syarat untuk memasuki wilayah negara lain. Namun, ada tiga orang luar biasa di dunia ini yang tidak perlu repot-repot mempersiapkan paspor meskipun mereka rutin melakukan perjalanan internasional.
Mereka adalah pemimpin dari dua negara dengan tradisi monarki yang kuat, yaitu Raja Charles III dari Inggris dan Kaisar Naruhito bersama Permaisuri Masako dari Jepang. Ketiga individu ini memiliki status istimewa yang memungkinkan mereka untuk bepergian tanpa menggunakan paspor.
Di Inggris, Raja Charles III dan sebelumnya, Ratu Elizabeth II, serta raja dan ratu lainnya, memperoleh hak istimewa ini karena posisi mereka sebagai anggota kerajaan. Ketika mereka bepergian, mereka tidak perlu membawa paspor, melainkan dokumen resmi yang diterbitkan atas nama mereka. Dokumen tersebut mengandung pernyataan dari Sekretaris Kerajaan Inggris, yang meminta agar semua pihak yang berkepentingan mengizinkan pembawa dokumen tersebut untuk melintas tanpa batasan serta memberikan dukungan yang diperlukan. Hal ini mencerminkan status tinggi dan hormat yang melekat pada seorang raja atau ratu di Inggris.
Sementara itu, dalam konteks Jepang, Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako juga tidak memerlukan paspor untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Sebuah dokumen kementerian yang dikeluarkan pada 10 Mei 1971 menegaskan bahwa sangat tidak pantas untuk meminta paspor bagi Kaisar atau Permaisuri. Proses imigrasi yang biasa dilalui warga negara seperti menggunakan paspor dinilai tidak sepatutnya bagi seorang Kaisar.
Konsep yang sama juga berlaku bagi anggota keluarga kerajaan Jepang lainnya, tetapi untuk pihak lain seperti istri Raja Charles, Permaisuri Camilla, kondisi berbeda dihadapi. Ianya tetap wajib memiliki paspor diplomatik untuk melakukan perjalanan internasional. Meskipun demikian, dokumen kerajaan yang diberikan kepada Kaisar dan Permaisuri tetap dianggap cukup untuk memungkinkan perjalanan mereka dengan syarat yang lebih mudah dibandingkan dengan warga biasa.
Selain itu, komunikasi antara Jepang dan negara tujuan juga dilakukan sebelumnya oleh Kementerian Luar Negeri. Prosedur ini memastikan bahwa negara-negara tersebut sudah diinformasikan tentang kehadiran Kaisar dan Permaisuri, sehingga menghindari potensi masalah saat tiba di tempat tujuan. Sir Clive Alderton, yang menjabat sebagai sekretaris pribadi Raja Charles III, mempunyai tanggung jawab penting dalam mengatur perjalanan serta memastikan kelancaran proses kemungkinannya.
Pengetahuan tentang privelese istimewa yang dimiliki oleh ketiga individu ini menyoroti bagaimana status dan posisi sosial memainkan peran besar dalam aturan internasional tentang perjalanan antar negara. Penanganan yang berbeda ini menggarisbawahi betapa kayanya tradisi dan sistem pemerintahan yang ada di dunia, serta faktor historic dan sosial yang membawanya. Sementara orang-orang biasa tunduk pada peraturan imigrasi yang ketat, raja dan ratu ini mampu melintasi batas negara dengan cara yang jauh lebih bebas, sebuah cerminan dari kedudukan mereka.
Banyak orang mungkin bertanya-tanya: apakah hak istimewa ini memberikan tekanan lebih kepada mereka? Dalam konteks tanggung jawab, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh seorang raja atau ratu saat melakukan perjalanan internasional—misalnya, menjaga citra negara dan berpartisipasi dalam diplomasi. Namun, di balik semua itu, kebebasan dalam bepergian tetap menjadi keuntungan yang jelas bagi mereka.
Privatitas mereka juga diatur sedemikian rupa. Dengan tidak adanya paspor, proses perjalanan menjadi lebih mudah dan dapat meminimalkan sorotan media yang kadang dapat mengganggu. Pihak kerajaan dapat lebih fokus pada tujuan dari perjalanan tersebut, apakah itu untuk menjalin hubungan antar negara atau mengikuti pertemuan internasional penting.
Menghadapi dunia yang semakin terhubung dan beragam ini, tampaknya istana kerajaan masih memiliki cara-cara untuk menjaga tradisi sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa harus mengorbankan status kehormatan mereka. Monarki di Inggris dan Jepang menunjukkan bagaimana nilai-nilai kuno masih membuahkan hasil dalam konteks modern.
Dalam dunia yang semakin satu ini, memahami dan mengapresiasi perbedaan dalam sistem pemerintahan dan tradisi internasional sangatlah penting, serta menambah wawasan tentang bagaimana perjalanan antar negara tidak hanya sekadar prosedur tetapi juga mencerminkan sejarah dan budayanya masing-masing.