2 Permintaan Anak Nikita Mirzani Usai Kabur dari Rumah Aman
Tanggal: 12 Jan 2025 08:02 wib.
Razman Arif Nasution telah mengungkapkan dua permintaan anak Nikita Mirzani setelah melarikan diri dari Rumah Aman. Menurutnya, kedua permintaan tersebut tidak terkait dengan Nikita Mirzani.
Menurut sang pengacara, "Pertama, dia tidak mau balik ke Rumah Aman. Sampai bilang, lebih baik mati daripada harus dibawa balik ke sana." Dia juga menambahkan, "Kedua, kalau memang harus dipindahkan dia hanya ingin di rumah saya atau di tempat lain. Lainnya, dia tidak mau."
Meskipun demikian, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) dan Kepolisian memutuskan untuk menempatkan Lolly di RS Polri. Di sana, Lolly mendapat fasilitas yang baik.
Menurut Razman, "Tempat baru Lolly itu menurut saya, sangat representatif. Bisa dibilang kayak hotel bintang 2 lah. Ada TV, AC, kulkas, sampai kamar mandi dalam. Semoga bisa membantu recovery dia."
Selama berada di RS Polri, tim medis akan fokus memperbaiki keadaan psikologis Lolly. Pasalnya, selama berada di Rumah Aman, Lolly mengalami stres.
Lolly meninggalkan Rumah Aman pada 9 Januari 2024, pukul 23.00 WIB. Dia mengaku, memutuskan kabur karena merasa tidak betah dikarenakan bersama orang-orang dari berbagai latar belakang, mulai dari pelaku prostitusi, pengidap HIV, hingga ODGJ.
Menurut data terkait permasalahan anak-anak yang mengalami tekanan psikologis, Kementerian PPPA mencatat bahwa kasus seperti ini semakin meningkat. Dibutuhkan perhatian khusus dan penanganan yang tepat dalam menyikapi masalah ini agar anak-anak yang mengalami tekanan psikologis dapat pulih secara maksimal.
Dalam penanganan kasus Lolly, keputusan menempatkannya di RS Polri adalah langkah yang diambil untuk memberikan lingkungan yang lebih kondusif bagi pemulihannya. Fasilitas yang representatif dan perhatian khusus dari tim medis diharapkan dapat membantu Lolly dalam proses penyembuhan psikologisnya.
Melalui kasus ini, penting bagi masyarakat untuk semakin peduli terhadap kesehatan mental anak-anak. Penyuluhan mengenai pentingnya memberikan dukungan dan lingkungan yang aman bagi anak-anak yang mengalami tekanan psikologis perlu ditingkatkan. Selain itu, peran dan keterlibatan orang tua serta lingkungan sekitar anak juga memiliki dampak yang besar dalam menjaga kesehatan mental anak-anak.
Keberadaan fasilitas khusus seperti RS Polri yang memberikan perawatan dan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak yang mengalami tekanan psikologis dapat menjadi contoh bagi setiap pihak terkait untuk memberikan perhatian serupa bagi kasus-kasus serupa di masa yang akan datang.
Dalam menghadapi permasalahan tekanan psikologis pada anak-anak, peran serta kerja sama antara lembaga negara, organisasi masyarakat, dan masyarakat umum sangatlah penting. Keterlibatan semua pihak dalam memberikan perhatian dan dukungan kepada anak-anak yang mengalami masalah psikologis dapat membantu mereka pulih dan tumbuh dengan baik. Itulah mengapa, kasus-kasus seperti yang dialami Lolly perlu dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran dan langkah-langkah nyata dalam menyikapi tekanan psikologis pada anak-anak.