Peran Krusial Ayah dalam Pengasuhan Anak Menurut Menteri Wihaji

Tanggal: 4 Agu 2025 11:39 wib.
Dalam sebuah acara pemutaran film berjudul “Panggil Aku Ayah” yang berlangsung di Jakarta pada hari Rabu, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau yang juga dikenal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Mendukbangga/BKKBN) Wihaji, menggarisbawahi betapa pentingnya peran ayah dalam proses pengasuhan anak. Menteri Wihaji menjelaskan bahwa sosok ayah tidak hanya dilihat dari sudut pandang biologis, melainkan juga mencakup siapa pun yang dapat mengisi peran tersebut dan memberikan perlindungan serta kasih sayang bagi anak-anak.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ada banyak individu di luar sana yang mungkin bukan seorang ayah dalam arti sejatinya, tetapi dapat menghadirkan cinta dan perhatian yang dibutuhkan anak-anak. "Pada intinya, siapapun mereka, mereka memiliki kemampuan untuk menunjukkan sisi kemanusiaan mereka," ujarnya.

Dalam konteks pengasuhan anak di Indonesia, Menteri Wihaji mencatat dengan prihatin bahwa sekitar 20,9 persen anak-anak tumbuh tanpa kehadiran ayah dalam hidup mereka, atau yang dikenal dengan istilah 'fatherless'. Di samping itu, ada sekitar 11 juta kepala rumah tangga perempuan yang juga menjadi bagian dari gambaran pengasuhan di tanah air kita. Ia menekankan bahwa menciptakan atmosfer bahagia bagi anak-anak sangatlah penting, mengingat mereka adalah generasi emas yang akan membentuk masa depan bangsa ini.

Sang Menteri juga memberikan apresiasi terhadap film “Panggil Aku Ayah”, yang sejalan dengan program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang menjadi salah satu fokus dari BKKBN. Film ini merespons gerakan yang mendorong peran ayah untuk antusias mengantar anak-anak mereka sekolah, sebagai bagian dari upaya mendukung pengasuhan yang lebih setara di dalam keluarga. Ini juga mencerminkan Surat Edaran yang dirilis Kementerian Mendukbangga/BKKBN mengenai Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah pada tahun 2025.

Gerakan ini menandai perubahan budaya dalam pengasuhan anak di Indonesia, yang sebelumnya lebih terpusat pada ibu, kini bergerak menuju kolaborasi antara ibu dan ayah, sekaligus menegaskan pentingnya kesetaraan dalam peran pengasuhan. 

Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan berujung pada pemberian dampak positif terhadap perkembangan emosional dan sosial anak. Anak-anak yang mendapatkan perhatian dan dukungan aktif dari ayah mereka cenderung menunjukkan kedekatan emosional yang lebih baik dan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi. 

Lebih lanjut, psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, S.Psi, M.Si, Ph.D, menjelaskan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah di dekat mereka mungkin mengalami ketimpangan dalam perkembangan psikologis. Misalnya, anak laki-laki dapat merasa canggung berinteraksi dengan teman-teman sejenisnya, sementara anak perempuan bisa jadi mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri terhadap laki-laki yang lebih dewasa.

Melihat data ini, jelas terlihat bahwa peran ayah dalam keluarga lebih dari sekadar keberadaan fisik; ia merupakan fondasi emosi dan kepercayaan anak-anak di masa depan. Dengan memahami pentingnya peran ayah, diharapkan masyarakat semakin menyadari perlunya dukungan yang merata dalam pengasuhan anak, guna menciptakan generasi yang lebih baik dan lebih sukses.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved